بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Riwayat Hidup Dan Pemikiran Filsafat Ikhwan Al Shafa
A. Riwayat Hidup Filsafat Ikhwan Al Shafa
Ikhwan Al Shafa adalah kelompok rahasia yang muncul sekitar pertengahan Abad 4 H sekitar tahun 347 H/ 958 M pada masa kemunduran Dinasti Abasyiah. Pada saat itu khalifah telah digunakan sebagai boneka karena tampuk pemerintahan sebenarnya dikuasai oleh penguasa-penguasa lokal, seperti di Aleppo, di Damaskus dengan Dinsati Hamdaniyya dengan pemimpinnya Saif Addaulah adalah pengusa Aleppo yang menaklukan Damaskus. Saat itu di Bagdad yang berkuasa adalah Dinasti Buwaih yang dipimpin oleh 3 orang bersaudara yaitu Ali, Hasa dan Ahmad, awalnya mereka hanyalah seorang nelayan.
Sebab munculnya gerakan Ikhwan Al Shafa adalah karena saat itu Dinasti Abasyiah adalah dinasti Sunni sedangkan Dinasti Buwaih adalah penganut Syiah dan waktu itu Abasyiah takluk pada Dinasti Buwaih. Namun saat itu Buwaih tidak ingin memegang kekuasaan dan dibiarkan khalifah berasal dari pihak Abasyiah. Ikhwan, persaudaraan dan shafa, suci jadi artinya tali persaudaraan yang suci dengan tujuan membersihkan masyarakat dari pemikiran-pemikiran yang sesat. Gerakan ini muncul di Kota Basrah. Gerakan ini sangat tertutup, anggotanya tidak saling mengetahui akan pekerjaannya sehari-hari dan tidak saling mengetahui antara satu sama lain tapi mereka hanya diikat oleh satu ikatan persaudaraan dan satu tujuan yang sama. Mereka kumpul disuatu tempat dan berdiskusi terkait ilmu pengetahuan dan akhirnay mereka menulis sejumlah risalah dalam buletin tanpa ada identitasnya.
Dalam keanggotaan Ikhwan As Shafa terbagai menjadi 4 kelompok yaitu :
1. Ikhwan Al Abror, anggota termuda yang usianya 15-30 tahun. Mereka adalah para pencari ilmu (tholib) dan murid (araada yuriidu) menginginkan. Maka dari itu aliran-aliran sufi lebih mengarah ke murid karena lebih tunduk. Sayartnya mereka harus punya kesetiaan belajar.
2. Ikhwan Al Akhyar, usiannya 30-40 tahun dan mereka sudah menjadi guru. Syaratnya harus punya rasa kasih sayang.
3. Al Fudhaala, yang usianya 40-50 tahun. Mereka sudah menguasaai segala amacam ilmu syariat.
4. Al Kamil, tingkatannya sudah paling tinggi hanya memikirkan tentang akhirat.
B. Pemikiran Filsafat Ikhwan Al Shafa
Pemikiran filsafat Ikhwan Al Shafa sama persis dengan Al Kindi yang mengatakan bahwasanya filsfat dan agama tidak berbeda dimana filsafat dan agama saling memperkuat. Menurut mereka islam bukan hanya sebagai agama dogma namun islam juga mengajarkan pemeluknya untuk berfikir untuk rasional karena dalam Al Quran pun mencantumkan seperti itu. Dan untuk Al Quran kita perlu pendekatan lain tidka hanya secara leterlek dan harus ada takwil karena tidak semua manusia mengerti. Dan jika dibiarkan tanpa takwil akan terjadi salah dalam pemaknaan. Mereka berpendapat bahwasannya ayat-ayat mutasyabih perlu pentakwilan.
1. Manusia
Ikhwan al shafa mengatakan esensi manusia itu jiwanya. Dalam risalahnya abahwa motor manusai itu jiwanya, manusia yang hidup yang bergerak ketika tidur jiwa manusaia istirahat dan ketika tidur tidak tahu apa-apa. Ketika kita tidur kita masih punya nyawa tapi kenapa kita tidak mengetahui yang ada di sekitar kita, kemana diri kita ketika tidur. Manusia itu ada 3 : 1) jasad, yaitu badannya. 2) nyawa, yang selalu kumpul dengan jasad. 3) ruh, jiwa yang menghidupkan kita berpikir dan sebagainya. Jasad dan nyawa akan habis sedangkan jiwa adalah abadi karena materi yang berasaal dari Tuhan dari langit. Maka, kata Ikhwan Al Shafa ketika manusia tidur jiwa kita istirahat. Ketika Imam Al Ghazali menulis kitab Ihya Ulumuddin beliau selalu konsultasi dengan Rasul, dimana ruh nya bertemu langsung dengan Rasul.
2. Teori Ilmu Pengetahuan Manusia
Menurut Ikhwan As Shafa pengetahuan manusia itu ada dua :
1. Yang berasal dari panca indera/khabari, disebut bayani. Karena kita melihat dapat pengetahuan
2. Yang berasal dari akal/nadhaari, hasil dari berfikir manusia.
Yang membedakan khbari dengan nadhari adalah khabari berasal dari indrawi yaitu binatang sedang manusia berasal dari nadhaari dan khabari indrawi dan akal. Malaikat tidak punya akal, hanya diberi ketaatan oleh Allah agar selalu mentaatinya sedang. Jadi manusia bisa mengalahkan malaikat dengan akalnya dengan proses agar sampai pada yang haq Allah swt. Level manusia adalah hewan yang berpikiràmanusiaàmalaikat dan mengalahkan malaikat dnegan akalàketika akal dapat menguasai hawa nafsu maka akan lebih hebat dari malaikat.
Ikhwanu As Shafa mengambil prinsip pengetahuan dari QS. An Nahl ayat 70. Menurut Ikhwan As Shafa, tujuan pendidikan adalah moral sejak abad ke 4 H, abad ke 10 M tahun ke 900an. Arah pendiidkan yang baik adalah menjadi manusia yang baik yang bermoral berakhlak. Menurut Ikhwan As Shafah, pendidikan yang berorientasi pada moral contohnya adalah pendidikan matematika, jika ingin mencetak manusia yang bermoral dan berakhlak ajarkan matematika. Karena matematika jujur, konsisten, amanah. Lalu setelah belajar matematika harus belajar fisika, kaitannya adalah lewat fisika akan mempelajari alam semesta kebesaran dan keajaibannya dan akan melahirkan metafisika.
Referensi: https://youtu.be/m47kFcvA5eA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar