[1]“Seseorang
yang mendengarkan adzan, hendaklah mengucapkan seba-gaimana yang diucapkan oleh
muadzin, kecuali dalam kalimat: Hayya ‘alash shalaah dan Hayya ‘alal falaah.
Maka mengucapkan:
((لاَ حَوْلَ وَلاَ
قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ)).
23- ((وَأَنَا
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا، وَبِمُحَمَّدٍ
رَسُوْلاً، وَبِاْلإِسْلاَمِ دِيْنًا)).
“Aku bersaksi, bahwa tiada Tuhan yang haq selain Allah, Yang
Maha Esa, tidak ada sekutu bagiNya dan sesung-guhnya Muhammad adalah hamba dan utusanNya. Aku rela Allah sebagai Tuhan, Muhammad
sebagai Rasul dan Islam sebagai agama (yang benar). (Dibaca
setelah muadzin membaca syaha-dat).[2]
25- ((اَللَّهُمَّ
رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ، وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ، آتِ مُحَمَّدًا
الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ، وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِيْ
وَعَدْتَهُ، [إِنَّكَ لاَ تُخْلِفُ الْمِيْعَادَ] )).
“Ya Allah, Tuhan Pemilik panggilan yang sempurna (adzan) ini dan
shalat (wajib) yang didirikan. Berilah
Al-Wasilah (derajat di Surga, yang tidak akan dibe-rikan selain kepada Nabi n) dan fadhilah kepada Muhammad. Dan bangkitkan beliau sehingga bisa menempati maqam terpuji
yang telah Engkau janjikan. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji”.[4]
Berdoa untuk diri sendiri antara adzan
dan iqamah, sebab doa pada waktu itu dikabulkan.[5]
[4]
HR.
Al-Bukhari 1/152. Untuk kalimat: Innaka laatukhliful mii’aad, menurut riwayat
Al-Baihaqi 1/410, Al-Allamah Abdul Aziz bin Baaz berpendapat, isnad hadits
tersebut hasan dalam Tuhfatul Akhyar, hal. 38.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar