أَسْتَغْفِرُ اللهَ (ثلاثا) اَللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ،
وَمِنْكَ السَّلاَمُ، تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ.
“Aku minta ampun kepada Allah,” (dibaca tiga kali). Lantas membaca: “Ya Allah, Engkau pemberi
keselamatan, dan dariMu keselamatan, Maha Suci Engkau, wahai Tuhan Yang Pemilik
Keagungan dan Kemuliaan.”[1]
لاَ
إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ
الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ، اَللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا
أَعْطَيْتَ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ
الْجَدُّ.
“Tiada Tuhan yang berhak disembah
selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagiNya. BagiNya puji dan bagi-Nya
kerajaan. Dia Maha Kuasa atas se-gala sesuatu. Ya Allah, tidak ada yang mencegah apa yang Engkau berikan dan tidak
ada yang memberi apa yang Eng-kau cegah.
Tidak berguna kekayaan dan kemuliaan itu bagi pemiliknya (selain iman
dan amal shalihnya). Hanya dari-Mu kekayaan dan kemuliaan.”[2]
لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيْرُ. لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ،
وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ، لَهُ النِّعْمَةُ وَلَهُ الْفَضْلُ وَلَهُ
الثَّنَاءُ الْحَسَنُ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ
وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ.
“Tiada Tuhan (yang berhak disem-bah) kecuali Allah, Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagiNya.
BagiNya kerajaan dan pujaan. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak ada daya
dan kekuatan kecuali (dengan pertolongan) Allah. Tia-da Tuhan (yang hak
disembah) kecuali Allah. Kami tidak menyembah kecuali kepadaNya. Bagi-Nya
nikmat, anugerah dan pujaan yang baik. Tiada Tuhan (yang hak disembah) kecuali
Allah, dengan memurnikan ibadah kepadaNya,
sekalipun orang-orang kafir sama ben-ci.”[3]
سُبْحَانَ
اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَاللهُ أَكْبَرُ (33
×) لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيْرُ.
“Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah. Dan Allah Maha Besar.
(Tiga puluh tiga kali). Tidak ada Tuhan (yang hak disembah) kecuali Allah Yang
Maha Esa, tidak ada sekutu bagiNya. BagiNya kerajaan. BagiNya pujaan. Dia-lah
Yang Mahakuasa atas segala sesuatu.”[4]
Membaca surah
Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas setiap selesai shalat (far-dhu).[5]
Membaca ayat Kursi
setiap selesai shalat (fardhu).[6]
لاَ
إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ
الْحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ. (10× بعد صلاة المغرب والصبح)
“Tiada Tuhan (yang berhak disem-bah) kecuali Allah Yang Maha
Esa, tiada sekutu bagiNya, bagiNya kerajaan,
bagi-Nya segala puja. Dia-lah yang menghi-dupkan (orang yang sudah mati atau
memberi roh janin yang akan dilahirkan) dan yang mematikan. Dia-lah Yang Mahakuasa
atas segala sesuatu.” Diba-ca sepuluh kali setiap sesudah
shalat Maghrib dan Subuh.[7]
اَللَّهُمَّ
إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً
مُتَقَبَّلاً.
“Ya Allah! Sesungguhnya aku mo-hon kepadaMu ilmu yang
bermanfaat, rezeki yang halal dan amal yang diteri-ma.” (Dibaca
setelah salam shalat Su-buh).[8]
[1]
HR. Muslim 1/414.
[2]
HR. Al-Bukhari 1/255 dan Muslim 1/414.
[3]
HR. Muslim 1/415.
[4]
“Barangsiapa yang membaca kalimat tersebut setiap selesai shalat, akan diampuni
kesalahannya, sekalipun seperti busa laut.” HR. Muslim 1/418.
[5]
HR. Abu Dawud 2/86, An-Nasai 3/68. Lihat pula Shahih At-Tirmidzi 2/8.
Ketiga surat
dinamakan al-mu’awidzat, lihat pula Fathul Baari 9/62.
[6]
“Barangsiapa membacanya setiap selesai shalat, tidak yang menghalanginya masuk
Surga selain mati.” HR. An-Nasai dalam Amalul Yaum wal Lailah No. 100
dan Ibnus Sinni no. 121, dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih
Al-Jami’ 5/329 dan Silsilah Hadits Shahih, 2/697 no. 972.
[7]
HR. At-Tirmidzi 5/515, Ahmad 4/227. Untuk takhrij hadits tersebut, lihat di Zaadul
Ma’aad 1/300.
[8] HR. Ibnu Majah dan ahli hadits yang lain. Lihat kitab Shahih
Ibnu Majah 1/152 dan Majma’uz Zawaaid 10/111.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar