Lahir di Cirebon, 7 Januari 1989,
Mahasiswa Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas
Indonesia angkatan 2007 ini sekarang masih aktif sebagai Presiden
Direktur CV. Produktif Indonesia dan Presiden Direktur Koperasi
Masyarakat Teknik FTUI Mahasiswa Berprestasi Kategori Sosial dan
Kategori Entrepreneur FTUI ini pernah menjadi pemenang lomba Ide
Marketing Yamaha – FEUI dan pemenang Wirausaha Muda Mandiri program
UI Young Smart Entrepreneur. Walaupun masih mahasiswa, dari usahanya
ia sudah memiliki 200 ekor kambing, 5 motor operasional, 2 mobil pick
up, 4 unit rumah, tanah seluas 1400m2 dan belasan karyawan.
Indonesia membutuhkan social
entrepreneur muda yang peduli untuk mengatasi permasalahan masyarakat
dengan prinsip entrepreneur yang didukung dengan potensi
kepemudaannya. Dalam kesempatan ini, saya hendak sedikit berbagi
terkait bincang – bincang saya dengan salah seorang alumni penerima
beastudi Etos yang mencoba mengembangkan usahanya dengan tetap
memberikan kebermanfaatan bagi masyarakat sekitarnya. Masih dengan
wajahnya yang bersahaja, berikut cuplikan ngobrol saya di kantin
Teknik UI dengan Andi Nata yang inspiratif :
Bisa Anda ceritakan sedikit perjalanan
hidup Anda menjadi mahasiswa UI?
Saya mengikuti seleksi etos wilayah
Bandung. Saya ingat sekali waktu tes tulis dan wawancara di Unpad
saya datang sendiri dari Cirebon. Tiba di Bandung sudah larut, tak
ada tempat bermalam. Akhirnya terpaksa bermalam di pelataran masjid
Unpad karena pintunya terkunci. Malam itu hujan deras sehingga tidak
bisa juga keluar membeli makanan. Surat undangan dari Rektor UI (Andi
masuk lewat jalur PMDK –red) sudah saya terima sebelum home visit.
Masalahnya saya harus mengikuti matrikulasi, dua bulan sebelum
pengumuman beastudi Etos. Dengan berbekal uang 100 ribu dari orang
tua, saya mencoba survive. Saya sempat berpindah – pindah menumpang
menginap di tempat teman per dua hari selama mengikuti matrikulasi
sebelum akhirnya dibantu alumni FTUI lewat program Mata Air Biru.
Anda kan mahasiswa Teknik Mesin, apa
yang membuat Anda memilih jalan sebagai entrepreneur?
Ya, saya secara tidak sengaja
terjerumus ke jalan yang benar. Cerita bermula dari cobaan yang
menimpa ayah saya ketika saya masih semester 1. Beliau mengalami
kecelakaan di tempat kerja, tangannya terpotong mesin, untuk
pengobatan setidaknya butuh dana puluhan juta rupiah. Setiap hari
saya mengajar privat dan mencari pinjaman sana sini untuk membayar
biaya operasi. Dari situ saya belajar tentang arti uang untuk
membantu orang yang saya cintai. Privat dan berbagai kompetisi memang
akhirnya dapat membantu saya melunasi hutang, namun belum cukup
memberikan kebermanfaatan yang lebih besar. Saat itu, akademis saya
pun sempat terganggu karena harus mencari uang dan bolak – balik ke
Jakarta – Cirebon. Dan dalam perenungan saya tidak ada jalan lain
selain menjadi entrepreneur. Berawal dari program UI Young Smart
Entrepreneur, saya mengembangkan bisnis peternakan kambing bernama
‘GardenDi’. Mulai dari 8 ekor, meningkat jadi 18 ekor hingga
ratusan ekor ketika investor semakin bertambah. Saya pun bisa
membantu orang tua dan adik saya (Andi anak ke-3 dari 6 bersaudara
–red). Tahun 2008 saya dirikan CV. Produktif Indonesia dan mulai
merambah ke bisnis properti. Kata produktif saya gunakan karena
sering saya dengar selama menjadi etoser. Untuk mempertajam kemampuan
wirausaha, saya mengikuti sekolah bisnis, bergabung dengan komunitas
pengusaha dan memiliki guru – guru di bidang entrepreneurship.
Belum besar memang, namun saya berusaha
memberdayakan masyarakat melalui usaha saya. Saat ini, pengelolaan
kambing sudah dilakukan oleh petani setempat dengan rasio petani :
kambing sekitar 1 : 10. Untuk usaha “Raja Aqiqah” juga
memberdayakan masyarakat setempat untuk memasak hingga mengirimkan
pesanan. Sebelumnya, mereka mendapat pelatihan di Jakarta.
Alhamdulillah, bisa membantu orang lain menambah penghasilannya.
Selain itu, untuk pengelola juga disiapkan makan gratis, berbagai
bingkisan, oleh – oleh dan hadiah ketika lebaran. Setiap bulannya
saya juga coba menyisihkan 1 – 2 juta untuk anak yatim di kampung
saya. Saya masih harus banyak belajar dari orang – orang seperti
Eri Sudewo, Sandiaga Uno ataupun Fauzan Hangriawan (entrepreneur lele
–red)
Lalu bagaimana pengalaman aktivitas
sosial kemasyarakatan Anda selama di kampus sehingga Anda terpilih
sebagai Mahasiswa Berprestasi kategori Sosial (selain juga menyabet
penghargaan serupa kategori Kewirausahaan –red) ?
Sejujurnya, berbicara tentang aktivitas
sosial kemasyarakatan, saya banyak sekali memperolehnya dari Etos,
mulai dari DLC (D’etos Learning Centre, pendidkan gratis dan taman
baca Etos Jakarta –red), Jumantik Cilik, Operasi Bersih Ciliwung,
Sekolah dan Pelatihan Relawan Cilik di Cilwung, Festival Anak Shaleh,
Kepedulian Koin Prita, Sekolah ceria Situ Gintung hingga Perayaan HUT
RI di sekitar asrama Etos. Saya sempat juga menjadi duta aksi
lingkungan dan program tanggap bencana dan berkeliling ke seluruh
etoser Indonesia.
Menurut Anda, apa sih istimewanya
berbagi?
Berbagi itu yang jelas bukan cuma
materi, tetapi ada keterlibatan emosional di dalamnya. Karenanya
orang yang tulus berbagi, akan memberikan segala yang dimilikinya
tanpa hitung – hitungan. Berbagi itu memang membutuhkan pengorbanan
dan komitmen. Saya banyak belajar tentang nilai berbagi dari Bang
Fauzan (Fauzan Hangriawan –red), beliau sempat mengingatkan bahwa
suatu saat kita pasti akan membutuhkan bantuan orang lain, dan saat
itu gemar memberi akan menyelamatkan kita.
Ada pesan untuk etoser nusantara?
Saya akan menyampaikannya dalam
prespektif entrepreneur. Pertama, ke depan Etos harus punya aset
produktif sebagai sumber pembiayaan, beberapa tahun ke depan saya
akan coba men-supportnya. Sebagai awalan, mungkin salah satu aset
rumah yang saya miliki di Kukusan bisa lah dijadikan basecamp alumni
etos. Kedua, etoser harus berani “break to”, melewati batasan dan
mengoptimalkan potensi jangan sekedar cari aman dan menjalani hidup
apa adanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar