disusun
oleh: Ustadz
Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf
.
I. PENGANTAR
Kalau selama ini kehidupan rumah
tangga dinamakan dengan sebuah bahtera itu mungkin ada benarnya, karena dalam
sebuah keluarga tidak akan ada yang selamat dari adanya riak-riak kecil
gelombang lautan yang dihembuskan angin sepoi-sepoi sampai adanya sebuah badai
yang dasyat. Bersatunya dua insan yang punya karakteristik, latar belakang,
pendidikan, mental dan lainya yang mungkin serba berbeda akan banyak
menimbulkan banyak gesekan. Dari sinilah maka sebuah pertengkaran kecil,
perseteruan unik dalam keluarga sudah dianggap sebagai bumbu pelengkap
kelezatan hidup dalam kebersamaan.
Namun, kalau hal itu tidak diatasi
dan disikapi dengan bagus dan arif, maka yang namanya pertengkaran kecil itu
akan menjadi sebuah bumerang yang terkadang bisa mengkandaskan bahtera itu
sebelum sampai pada cita-cita impian bersama.
Sangat miris hati ini saat mendengar
bahwa para ibu-ibu banyak yang memakan daging suami mereka sendiri. Banyak
suasana ngobrol yang seharusnya bisa diisi dengan hal-hal yang lebih
bermanfaat, malah menjadi lainnya. Terdorong untuk menasehati sesama muslim
karena memang agama ini adalah nasehat, maka hati inipun tergerak untuk
menggugah dan tangan inipun mulailah menorehkan untaian kata-kata ini.
Pada awalnya saya agak bingung dari
siapa saya harus memulai, apakah dari suami ataukah istri, karena saya yakin
masalah ini tidak bisa dibebankan pada salah satu saja, namun karena saya
adalah laki-laki yang juga suami, maka lebih baiknya kalau saya mulai dari
jenisku sendiri para kaum suami.
Bacalah, resapilah lalu renungkanlah
mudah-mudahan ini bisa menjadi setitik obat bagi sebuah luka dan semoga rumah
tangga menjadi penuh dengan berkah baik saat senang maupun susah, baik saat
lapang maupun sempit.
.
B. PAHAMILAH KARAKTER ISTRIMU
Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa
Muhammad seorang Rosul nan mulia telah menghabarkan kepada kita kaum laki-laki
tentang siapa sebenarnya seseorang yang selalu mendampingi kita dalam kehidupan
kita sehari-hari, dalam sebuah gambaran yang sangat indah beliau pernah
bersabda :
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ :
وَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا فَإِنَّهُنَّ خُلِقْنَ مِنْ ضِلَعٍ وَإِنَّ
أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلَاهُ فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ
وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ فَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا
Dari
Abu Huroiroh dari Rosululloh bersabda : “Berwasiatlah kalian yang baik kepada
kaum wanita, karena mereka tercipta dari tulang rusuk, dan tulang rusuk yang
paling bengkok adalah yang paling atas, maka kalau engkau meluruskannya berarti
engkau mematahkannya, namun jika engkau membiarkannya maka dia akan selamanya
bengkok, oleh karena itu berwasiatlah yang baik kepada wanita.” (HR. Bukhori
5168, Muslim : 1468)
Tahukah engkau bagaimana sebuah
tulang rusuk yang bengkok, tulang rusuk dimana-mana itu keras dan kaku, maka
butuh cara tertentu untuk bisa meluruskannya, kalau engkau meluruskanya dengan
keras dan secara langsung, tidak diragukan lagi bahwa tulang itu akan segera
patah ? kalau sekedar patahnya tulang tidaklah mengapa, namun kalau patahnya
sebuah keluarga , maka apakah maknanya ?
Namun bukan berarti itu membuat sang
suami harus menyerah beralaskan dengan bengkoknya tulang rusuk, karena
Rosululloh pun menandaskan bahwa kalau engkau biarkan maka dia akan selamanya
bengkok. Lalu bagaimana solusinya ?
Perhatikanlah hadits berikut :
Dari Samuroh bin Jundub berkata :
“Rosululloh bersabda :
“Sesungguhnya
wanita itu tercipta dari tulang rusuk, maka jika engkau meluruskannya niscaya
engkau akan mematahkanya, oleh karena itu ambillah sikap mudaroh , niscaya
engkau akan bisa hidup dengannya.”
(HR.
Ibnu Hibban : 1308 dengan sanad yang shohih)
Berkata Al Hafidl Ibnu Hajar, “Al
Mudaroh” adalah bersikap basa-basi dan lunak.
Beliau juga berkata :
“Hadits ini menunjukkan akan
diperintahkan bersikap mudaroh kepada wanita untuk mengambil hati
dan menggait simpatinya. Hadits ini juga menunjukan bahwa cara bersikap
dengan wanita harus banyak memaafkan dan bersabar akan kebengkokannya.
Dan barang siapa yang menginginkan untuk meluruskannya niscaya
dia tidak akan bisa hidup bersama mereka, padahal tidak mungkin ada
seorang pun laki-laki yang bisa hidup tanpa wanita, disini seakan-akan
Rosululloh bersabda bahwasannya hidup senang bersama seorang istri tidak
mungkin bisa dicapai kecuali harus dengan bersabar atas kekurangannya.”
(Lihat Fathul Bari 9/254 dengan sedikit perubahan)
- Sikap mudaroh yang dituntunkan oleh Rosululloh ini mempunyai konsekwensi berikut ini :
- Bukankah seorang mulim itu lembut tutur kata dan sikapnya ?
- Bertuturlah yang lembut kepada istrimu! Kaum laki-laki saja senang dengan kelembutan kata dan ucapan, apalagi wanita yang memang diciptakan dengan segala kelemahlembutannya ?
- Bukankah Rosululloh adalah suri tauladan bagi kita semua. Camkanlah hadits berikut ini !
عَنْ أَنَسٍ قَالَ لَمْ يَكُنْ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاحِشًا وَلَا لَعَّانًا وَلَا
سَبَّابًا
Dari Anas bim Malik berkata :
“Rosululloh itu bukan orang keji ucapannya, juga bukan orang yang suka melaknat
dan mencela.” (HR. Bukhori : 6046)
Dari sinilah, Rosululloh juga
bersabda :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً
إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا
Dari Abu Huroiroh berkata :
Rosululloh bersabda : “Janganlah seorang laki-laki mu’min mencela seorang
wanita mu’minah, karena jika dia tidak suka salah satu perangainya maka dia
akan ridlo dengan perangainnya yang lain.”
(HR. Muslim : 1469, Ahmad : 8163)
Alangkah bagusnya apa yang dikatakan
oleh Hasan Al Bashri :
“Nikahkanlah anakmu dengan orang
yang agamanya bagus, karena jika dia mencintainya maka dia akan
memuliakannya sedangkan jika tidak mencintainya maka tidak akan mendholiminya.”
Lihatlah bagaimana Rosululloh
bersikap lembut kepada istri-istrinya, meskipun dalam suasana
yang melelahkan, dalam sebuah perjalanan.
Dari Aisyah berkata : “Saya keluar
bersama Rosululloh dalam sebuah berjalanan, dan saat itu saya masih kecil belum
gemuk, maka beliau berkata kepada para sahabat lainnya : “Berangkatlah kalian
terlebih dahulu, kemudian beliau berkata kepadaku : “Kemarilah, ayo kita lomba
lari.” Maka saya pun meladeni lomba bersama beliau dan saya bisa mendahului
beliau, sehingga tatkala saya sudah menjadi gemuk, sayapun keluar lagi bersama
Rosululloh dalam sebuah perjalanan, lalu beliau berkata kepada para sahabatanya
: “Majulah kalian terlebih dahulu, kemudian beliau berkata kepadaku :
“Kemarilah kita lomba lari lagi.” Namun kali ini beliau mendahuluiku. Maka
Rosululloh tertawa seraya berkata : “Ini sebagai balasan kekalahan yang
dahulu.” (HR. Ahmad 6/264, Abu Dawud : 2578, Ibnu Majah : 1979)
- Sikap lembutnya Rosululloh sampai pada tingatan beliau membiarkan Aisyah untuk bermain dengan boneka-boneka mainannya.
عَنْ
عَائِشَةَ رَضِي الله عَنْهَا قَالَتْ قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى الله
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ غَزْوَةِ تَبُوكَ أَوْ خَيْبَرَ وَفِي سَهْوَتِهَا سِتْرٌ
فَهَبَّتْ رِيحٌ فَكَشَفَتْ نَاحِيَةَ السِّتْرِ عَنْ بَنَاتٍ لِعَائِشَةَ لُعَبٍ
فَقَالَ مَا هَذَا يَا عَائِشَةُ قَالَتْ بَنَاتِي وَرَأَى بَيْنَهُنَّ فَرَسًا
لَهُ جَنَاحَانِ مِنْ رِقَاعٍ فَقَالَ مَا هَذَا الَّذِي أَرَى وَسْطَهُنَّ
قَالَتْ فَرَسٌ قَالَ وَمَا هَذَا الَّذِي عَلَيْهِ قَالَتْ جَنَاحَانِ قَالَ
فَرَسٌ لَهُ جَنَاحَانِ قَالَتْ أَمَا سَمِعْتَ أَنَّ لِسُلَيْمَانَ خَيْلًا لَهَا
أَجْنِحَةٌ قَالَتْ فَضَحِكَ حَتَّى رَأَيْتُ نَوَاجِذَهُ *
Dari Aisyah berkata : “Rosululloh
datang dari perang Tabuk atau Khoibar dan saat itu di kamarku ada kain penutup,
lalu berhembuslah angin dan membuka bagian yang tertutupi berupa boneka-boneka
kecil milik Aisyah, maka Rosululloh bersabda : “Apa ini wahai Aisyah ? Aisyah
menjawab : “Boneka-boneka milikku.” Lalu Rosululloh melihat diantaranya ada kuda
yang punya dua sayap yang terbuat dari kulit, maka Rosululloh bersabda : “Apa
yang berada ditengah-tengah itu ? Aisyah menjawab : “Kuda.” “Lalu apa itu ?
Tanya Rosululloh selanjutnya. Aisyah menimpali : “Dua sayap.” Maka Rosululloh
bertanya lagi : “Emangnya ada kuda yang punya dua sayap ?.” Maka Aisyah
menjawab : “Tidakkah engkau mendengar bahwa bahwa Nabi Sulaiman punya kuda yang
punya banyak sayap ? maka Rosululloh pun tertawa sampai nampak gigi geraham
beliau.”
(H.R.
Abu Dawud 4932)
Lihatlah wahai saudaraku bagaimana,
Rosululloh bersikap dengan seorang istri, penuh dengan kelembutan, senda
gurau, rileks dan lainnya.
- Tidak sampai disitu saja, bahkan Rosululloh memanggil teman-teman Aisyah untuk bermain boneka bersama.
Dari Ummul mu’minin Aisyah berkata :
“Saya bermain boneka berbentuk anak wanita disisi Rosululloh, dan saya juga
mempunyai teman-teman wanita yang bermain bersamaku, dan jika Rosululloh masuk
maka mereka bersembunyi lalu Rosululloh mengutus mereka untuk bersamaku lalu
merekapun bermain lagi denganku.”
.
C. APAKAH ISTRIMU LEBIH BAIK
DARIPADA UMMAHATUL MUKMININ?
Saya
sangat heran kepada sebagian ikhwan yang tatkala
sebelum menikah dia membayangkan bahwa kalau nantinya dia sudah
menikah dengan seorang akhwat yang banyak belajar agama, maka hidupnya
hanya akan berisi ketentraman dan keindahan tanpa adanya pertengkaran ,
keributan dan lainnya.
Ada
yang sering mereka katakan, “Bukankah para akhwat itu tahu bahwa seorang istri
yang sholihat adalah kalau dilihat oleh suami maka akan menyenangkannya, kalau
diperintah oleh suami maka akan mentaatinya, kalau ditinggal pergi oleh suami
maka dia akan menjaga diri dan hartanya, sebagaimana dalam sebuah hadits dari
Rosululloh ?
Untuk ikhwan semacam itu saya
katakan,
“Apakah istri anda lebih bagus daripada para wanita
sahabat bahkan lebih bagus dari pada para ummahatul mu’minin?”
“Apakah
kehidupan Rosululloh lepas dari permasalahan rumah tangga?”
“Lihatlah
bukankah telah terjadi perceraian dikalangan para sahabat?
“Bukankah
sampai terjadi khulu’ (tuntutan cerai dari pihak istri ) di zaman
Rosululloh?”
“Bukankah
Rosululloh pernah bertengkar dengan istrinya selama sebulan penuh?
“Dan
bukankah Rosululloh pernah menceraikan Hafshoh binti Umar meskipun
kemudian beliau merujuknya kembali ?
- Wallohi, seseorang yang menginginkan kehidupan kayak begitu, saya khawatir kekecewaan dia akan menjadi sangat besar dan luka dia akan menjadi sangat lebar.
Perhatikanlah, ya akhi
riwayat berikut ini :
Dari Jabir bin Abdillah bahwasannya
Abu Bakr datang minta izin untuk bertemu dengan Rosululloh , dan beliau
menemukan para sahabat sedang duduk-duduk dipintu rumah beliau, mereka tidak
diizinkan masuk, namun Abu Bakr diizinkan masuk, ternyata beliau menemukan
Rosululloh sedang duduk terdiam dan disekitar beliau ada istri-istrinya, lalu Umar
pun datang dan beliau diizinkan masuk dan Rosululloh pun masih duduk terdiam,
Abu Bakr berkata : “Wallohi saya akan membuat Rosululloh tertawa.” maka beliau
berkata : “Wahai Rosululloh, Apa pendapatmu sendainya putrinya Khorijah (istri
Abu Bakr) minta nafkah kepadaku, namun saya malah bangkit dan menohok lehernya
? maka Rosululloh pun tertawa seraya berkata : “Sebagaimana engkau lihat, semua
istriku minta tambahan nafkah kepadaku.” Maka Umar pun bangkit dan menohok
leher Hafshoh , begitu pula Abu Bakr dengan Aisyah, keduanya berkata : “Mengapa
kalian minta kepada Rosululloh yang tidak beliau punyai ? maka keduanya
menjawab : “Wallohi, kami tidak minta yang tidak beliau punyai.” Lalu
Rosululloh memisahkan diri dengan mereka selama satu bulan, kemudian turunlah
firman Alloh :
يَآأَيُّهَا
النَّبِيُّ قُل لأَزْوَاجِكَ إِن كُنتُنَّ تُرِدْنَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا
وَزِينَتَهَا فَتَعَالَيْنَ أُمَتِّعْكُنَّ وَأُسَرِّحْكُنَّ سَرَاحًا جَمِيلاً
{28} وَإِن كُنتُنَّ تُرِدْنَ اللهَ وَرَسُولَهُ وَالدَّارَ اْلأَخِرَةَ فَإِنَّ
اللهَ أَعَدَّ لِلْمُحْسِنَاتِ مِنكُنَّ أَجْرًا عَظِيم
Hai
Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu: “Jika kamu sekalian mengingini
kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut’ah
[1213] dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kamu sekalian
menghendaki (keredhaan) Alloh dan Rasulnya-Nya serta (kesenangan) di negeri
akhirat, maka sesungguhnya Alloh menyediakan bagi siapa yang berbuat baik
diantaramu pahala yang besar.” (QS. Al Ahzab : 28,29 )
Maka Rosululloh memulainya dengan
Aisyah : “Saya kepingin menyampaikan kepadamu sebuah perkara, jangan
tergesa-gesa memutuskan sebelum engkau minta pendapat kedua orang tuamu.”
Aisyah berkata : “Apa itu Wahai Rosululloh.” Maka Rosululloh membaca ayat ini ,
lalu Aisyah berkata : “Apakah mengenai engkau saya harus minta pendapat kedua
orang tuaku, bahkan saya pilih Alloh, Rosul Nya dan kampung akhirat, tapi saya
mohon kepada njenengan agar jangan bilang pada satupun istrimu dengan jawabanku
ini.” maka Rosululloh menjawab : “Tidak ada seorangun diantara mereka yang
bertanya mengenai ini kecuali akan aku jawab, karena saya tidak diutus oleh
Alloh untuk menyulitkan namun Alloh mengutusku untuk mengajar dan membuat
kemudahan.”
(HR.
Muslim : 1478)
Lihatlah Fathimah binti Rosululloh, kesayangan
Rosululloh dan penghulu wanita ahli surga. Namun, lihatlah kasus
ini:
عَنْ
سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ مَا كَانَ لِعَلِيٍّ اسْمٌ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَبِي
تُرَابٍ وَإِنْ كَانَ لَيَفْرَحُ بِهِ إِذَا دُعِيَ بِهَا جَاءَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْتَ فَاطِمَةَ عَلَيْهَا السَّلَام فَلَمْ
يَجِدْ عَلِيًّا فِي الْبَيْتِ فَقَالَ أَيْنَ ابْنُ عَمِّكِ فَقَالَتْ كَانَ
بَيْنِي وَبَيْنَهُ شَيْءٌ فَغَاضَبَنِي فَخَرَجَ فَلَمْ يَقِلْ عِنْدِي فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِإِنْسَانٍ انْظُرْ أَيْنَ هُوَ
فَجَاءَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هُوَ فِي الْمَسْجِدِ رَاقِدٌ فَجَاءَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ مُضْطَجِعٌ قَدْ سَقَطَ
رِدَاؤُهُ عَنْ شِقِّهِ فَأَصَابَهُ تُرَابٌ فَجَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى الله
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمْسَحُهُ عَنْهُ وَهُوَ يَقُولُ قُمْ أَبَا تُرَابٍ قُمْ
أَبَا تُرَاب
Dari
Sahl bin Sa’d berkata : “Nama yang paling dicintai Ali bin Abi Tholib adalah
Abu Turob (Bapak tanah) dan dia sangat senang kalau dipanggil dengan nama itu.
Karena suatu ketika Rosululloh datang ke rumah Fathimah namun beliau tidak
menemukan Ali dirumah, lalu Rosululloh bertaya : “Dimana sepupumu (Ali) ?
Fathimah menjawab : “Kami sedang ada masalah, lalu dia marah kepadaku, kemudian
dia keluar dan tidak tidur siang dirumah.” Maka Rosululloh berkata pada
seseorang : “Carilah, dimana dia ? Maka orang itupun datang seraya berkata :
“Wahai Rosululloh , Ali tidur di masjid.” Maka Rosululloh pun datang dan saat
itu baju beliau terjatuh ketanah, maka beliau pun kena tanah, maka Rosululloh
mengusapnya dan mengatakan : “Bangun wahai Abu Turob, bangun wahai Abu Turob.”
(HR.
Bukhori : 6280, Muslim : 2409)
Ini cuma dua kasus dari sekian
banyak yang ada, yang terjadi pada zaman yang mulia dan dilakoni oleh
orang-orang mulia, apakah engkau bisa mengambil pelajaran darinya?
.
C. BELUM TENTU ITU KEWAJIBAN MEREKA
Masak, nyapu rumah, cuci piring,
cuci ompol anak sudah menjadi kelaziman umum bahwa itu tugas istri, saya tidak
hendak membahas masalah ini, karena ada tempatnya tersendiri insya Alloh, yang
disitu insya Alloh anda akan mengetahui bahwa para ulama’ berselisih tajam
apakah semua itu tugas istri ataukah suami, namun anggaplah kita ambil pendapat
yang mengatakan bahwa itu semua adalah tugas istri dirumah, namun apakah dengan
begitu maka berarti seorang suami lepas tangan seraya berkata :
“Itukan tugas dan tanggung jawabmu,
tugasmu adalah tugasmu dan tugasku adalah tugasku.” kemudia dengan alasan
semacam itu, maka selama suami berada dirumah sepulang kerja atau hari libur
maka seakan-akan itu adalah waktu istirahat total yang tidak boleh diganggu ?
Wallohi, tidak wahai saudaraku !!! Lihatlah panutan kita Rosululloh, orang yang sangat
sibuk ngurusi dakwah sekaligus ngurusi ummat , bagaimanakah beliau dalam
rumahnya ?
Aisyah menceritakan kepada kita apa
yang beliau kerjakan :
Ibrohim
bin Aswad berkatanya kepada Aisyah : “Apakah yang dikerjakan oleh Rosululloh
saat bersama keluarganya ? Aisyah menjawab : “Beliau mengerjakan pekerjaan
keluarganya, lalu apabila tiba waktu sholat beliau keluar rumah untuk
sholat.”
(HR.
Bukhori : 6039)
Bukankah Rosululloh juga pernah
menjahit bajunya sendiri …?
Bukankah para sahabat Rosululloh juga melakukan hal yang sama … ?
Bukankah para sahabat Rosululloh juga melakukan hal yang sama … ?
- Akhil Aziz, mengaji, ta’lim, kerja kantor dan lainnya adalah sebuah kewajiban, namun ngurusi keluarga juga sebuah kewajiban, orang yang bijak adalah orang yang bisa menempatkan segala sesuatu pada tempatnya.
Lihatlah hadits Handlolah berikut
ini :
عَنْ
حَنْظَلَةَ الْأُسَيِّدِيِّ قَالَ وَكَانَ مِنْ كُتَّابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَقِيَنِي أَبُو بَكْرٍ فَقَالَ كَيْفَ أَنْتَ يَا
حَنْظَلَةُ قَالَ قُلْتُ نَافَقَ حَنْظَلَةُ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ مَا تَقُولُ
قَالَ قُلْتُ نَكُونُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يُذَكِّرُنَا بِالنَّارِ وَالْجَنَّةِ حَتَّى كَأَنَّا رَأْيُ عَيْنٍ فَإِذَا
خَرَجْنَا مِنْ عِنْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَافَسْنَا
الْأَزْوَاجَ وَالْأَوْلَادَ وَالضَّيْعَاتِ فَنَسِينَا كَثِيرًا قَالَ أَبُو
بَكْرٍ فَوَاللَّهِ إِنَّا لَنَلْقَى مِثْلَ هَذَا فَانْطَلَقْتُ أَنَا وَأَبُو
بَكْرٍ حَتَّى دَخَلْنَا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قُلْتُ نَافَقَ حَنْظَلَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا ذَاكَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ نَكُونُ عِنْدَكَ
تُذَكِّرُنَا بِالنَّارِ وَالْجَنَّةِ حَتَّى كَأَنَّا رَأْيُ عَيْنٍ فَإِذَا
خَرَجْنَا مِنْ عِنْدِكَ عَافَسْنَا الْأَزْوَاجَ وَالْأَوْلَادَ وَالضَّيْعَاتِ
نَسِينَا كَثِيرًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنْ لَوْ تَدُومُونَ عَلَى مَا تَكُونُونَ عِنْدِي
وَفِي الذِّكْرِ لَصَافَحَتْكُمُ الْمَلَائِكَةُ عَلَى فُرُشِكُمْ وَفِي
طُرُقِكُمْ وَلَكِنْ يَا حَنْظَلَةُ سَاعَةً وَسَاعَةً ثَلَاثَ مَرَّاتٍ *
Dari
Handlolah Al Usayyidi (beliau adalah salah satu penulis wahyu Rosululloh )
berkata : “Abu Bakr bertemu denganku lalu berkata: “Bagaimana khabarmu wahai
Handlolah?
Saya menjawab : “Handlolah telah
munafiq.”
Berkata Abu Bakr : “Subhanalloh, apa
yang barusan engkau katakan tadi?.”
Saya menjawab : “Kalau kita sedang
bersama Rosululloh, lalu beliau mengingatkan kita akan neraka dan surga
seakan-akan kita melihatnya secara langsung, namun apabila kita pulang kita
tersibukan dengan istri, anak dan pekerjaan, maka banyak yang kita lupakan.”
Maka Abu Bakr berkata : “Wallohi,
saya pun demikian.”
Maka saya dan Abu Bakr datang
menemui Rosululloh , lalu saya berkata : “Wahai Rosululloh , Handlolah telah
munafiq ? Rosululloh bertanya : “Emangnya kenapa ?”
Saya jawab : “Wahai Rosululloh,
Kalau kami sedang bersamamu , engkau ingatkan kami akan neraka dan surga maka
seakan–akan kami melihatnya secara langsung, namun apabila kita pulang lalu
kami tersibukkan dengan istri, anak, dan pekerjaan maka kami banyak lupa.”
Maka Rosululloh bersabda :
“Demi Dzat yang jiwaku berada
ditangan Nya, seandainya kalian tetap seperti saat kalian bersamaku, niscaya
para malaikat akan menyalami kalian saat ditempat tidur maupun di jalanan. Akan
tetapi wahai Handlolah, sekali tempo, sekali tempo (tiga kali).”
(HR.
Muslim 2750)
Kalau beribadah terus menerus, puasa
terus menerus, sholat terus menerus dengan meninggalkan keluarganya saja
dilarang oleh Rosululloh, lalu bagaimana dengan lainnya ?
Ummul mu’minin Aisyah menceritakan kepada kita tentang kisah antara Utsman
bin Madh’un dengan istrinya, beliau berkata :
“Datang kepadaku Khuwailah binti
Hakim bin Umayyah bin Haritsah bin Al Auqoshi as Sulmiyah, dan dia itu
adalah istrinya Utsman bin Madh’un, lalu Rosululloh melihat lusuhnya
penampilah Khuwailah. Maka beliau bertaya : “Wahai Aisyah, alangkah
lusuhnya penampilan Khuwailah.”
Maka saya menjawab : “Wahai
Rosululloh , dia itu bagaikan seorang wanita tak bersuami, karena
suaminya selalu berpuasa pada waktu siang dan selalu sholat pada waktu malam,
maka dia itu seakan-akan tidak punya suami. Oleh karena itu dia biarkan dirinya
dan tidak diurus.”
Maka Rosululloh mengirim utusan
memangil Utsman bin Madh’un. Dia pun datang.
Maka, Rosululloh bertanya: “Wahai
Utsman , apakah engkau membenci sunnahku?
Dia mejawab : Demi Alloh, tidak
wahai Rosululloh, bahkan sunnahhmu lah yang saya cari.”
Maka, Rosululloh bersabda : “Namun
saya tidur dan sholat, puasa dan berbuka. Saya juga menikah dengan wanita.
Takutlah engkau kepada Alloh wahai Utsman, karena keluargamu mempunyai hak
yang harus engkau penuhi, tamumu pun mempunyai hak yang harus engkau penuhi
dan dirimu juga mempnyai hak yang harus engkau tunaikan, maka puasa dan
berbukalah, sholat dan tidurlah.”
(HR.
Ahmad : 26839 dengan sanad shohih)
D. HARGAI DAN JANGAN CARI-CARI
KESALAHAN!
Saat Rosululloh pulang dari masjid,
lalu datang ke rumah Aisyah dan bertanya :
“Wahai
Aisyah, apakah ada makanan ? Maka, Aisyah menjawab :“Tidak ada makanan apa-apa
wahai Rosululloh, maka Rosululloh bersabda : “Kalau begitu saya puasa.” (HR.
Muslim : 1451)
Terkadang banyak masalah kecil
yang bisa memicu permasalahan suami istri. Makanan misalnya, mungkin
seorang istri sudah capek-capek masak sambil momong anak, namun tatkala
suami datang dan mencicipi makanan, lalu dengan enteng dia mengatakan,
“Masakannya nggak enak”,
” Masak masak sayur rasanya begini”,
atau kata yang senada…
·
Tentu akan
sangat menyakitkan.
Kenapakah kita tidak berusaha meniru
jejak Rosululloh?
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَأَلَ أَهْلَهُ الْأُدُمَ
فَقَالُوا مَا عِنْدَنَا إِلَّا خَلٌّ فَدَعَا بِهِ فَجَعَلَ يَأْكُلُ بِهِ
وَيَقُولُ نِعْمَ الْأُدُمُ الْخَلُّ نِعْمَ الْأُدُمُ الْخَلُّ *
Dari Jabir bin Abdillah bahwasannya
Rosululloh minta lauk pada keluarganya, namun mereka mengatakan : “Kita tidak
punya apa-apa kecuali cuka.” Maka Rosululloh pun tetap memintanya dan beliau
makan dengannya, seraya berkata : “Sebaik-baik lauk adalah cuka, sebaik-baik
lauk adalah cuka.”
(HR. Muslim : 2052)
Apakah benar bahwa cuka adalah
sebaik-baik lauk? Tentu semua orang mengatakan tidak, karena daging, keju dan
lainya jauh lebih baik, namun kenapa Rosululloh mengatakan hal itu pada
istrinya?
Di antara yang bisa ditangkap adalah
untuk menyenangkan , menghargai dan tidak melukai hatinya,
bukankah beliau yang mengajarkan untuk tidak mencela makanan?
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ مَا عَابَ النَّبِيُّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
طَعَامًا قَطُّ إِنِ اشْتَهَاهُ أَكَلَهُ وَإِنْ كَرِهَهُ تَرَكَهُ *
Dari
Abu Huroiroh berkata :
“Rosululloh
sama sekali tidak pernah mencela makanan, jika beliau senang maka beliau makan,
namun jika tidak maka beliau tinggalkan.” (HR. Bukhori :5409 , Muslim : 2046)
Rosululloh juga mengajarkan kepada
kita kalau pulang dari perjalanan agar jangan pulang mendadak tapi harus
terlebih dahulu memberitahukan akan kedatangannya.
Dari Jabir bin Abdillah berkata :
“Rosululloh bersabda : “Apabila
salah seorang diantara kalian pergi lama, maka janganlah dia pulang mendadak
pada waktu malam.”
(HR. Bukhori : 5244)
- Ada apakah gerangan (maksud hadits di atas -ed)? Jawabnya, supaya tidak membuka jalan bagi suami untuk mencari-cari kesalahan si istri, atau mungkin agar suami tidak melihat istrinya dalam keadaan yang tidak menyenangkan.
.
E. DALAM KISAH MEREKA TERDAPAT
SEBUAH PELAJARAN
- Syaikh Mahmud Mahdi al Istanbuli dalam Tuhfatus Arus menceritakan sebuah kisah yang sangat menarik
Ada seorang laki-laki yang datang keada
Amirul Mu’minin Umar bin Khothob dan berkata : “Saya sudah tidak lagi
mencintai istriku“.
Maka, Umar berkata : “Sesungguhnya
sebuah rumah tangga itu tidak cukup dibangun berdasarkan cinta saja.”
Engkau benar wahai Amirul Mu’minin,
memang tidak selamanya dengan cinta, namun ada pengorbanan, terdapat pengabdian
serta ditemukan perjuangan.
- Imam Ibnul Jauzi dalam Shoidul Khothir menyebutkan sebuah judul yang unik dan menarik : “Bagaimana engkau bersikap pada istri yang tidak engkau cintai.” Ada banyak kisah yang beliau ceritakan , namun saya petik beberapa diantaranya :
Ada seseorang yang bertanya kepada Abu
Utsman An Naisaburi : “Apakah amal perbuatanmu yang paling engkau harapkan
pahalanya? Dia menjawab : “Dahulu saat saya masih remaja, keluargaku sangat
bersemangat menikahkanku namun saya menolak, kemudian datanglah kepadaku
seorang wanita dan berkata, “Wahai Abu Utsman , saya mencintaimu, dan saya
mohon atas nama Alloh agar engkau menikahiku.
Berkata Abu Utsman, “Lalu sayapun
mendatangi bapaknya, ternyata dia itu orang fakir, lalu dia menikahkan aku dan
dia sangat gembira. Lalu saat istriku masuk menemuiku ternyata dia itu WANITA
YANG “SANGAT JELEK” namun cara pergaulannya kepadaku membuatku tidak bisa
keluar. Maka, saya pun tetap berada di tempat dan saya tidak menampakkan
kebencian padanya, meskipun sebenarnya hatiku seperti berada di atas
tungku api karena memendam kebencian padanya. Saya tetap melakukan itu
semua selama lima belas tahun sehingga dia meninggal dunia. Oleh karena itu,
tidak ada amal perbuatan yang paling saya harapkan pahalanya melainkan saat
aku menjaga perasaan hatinya.”
.
F. AKHIR KALAM
Tiada kata yang paling pantas untuk
ku tutup nasehat ini kecuali sabda Rosululloh :
أكمل المؤمنين إيمانا أحسنهم خلقا و
خياركم خياركم لنسائكم
“Orang mu’min yang paling sempurna
keimanannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan orang yang paling baik di
antara kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya.”
(HR. Ahmad 2/472 dari Abu Huroiroh
dengan sanad shohih)
Wallohul Muwaffiq Wallohu A’lam
.
www.ahmadsabiq.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar