Bapak Ibu yang kami hormati ...
Ada 30 hari yang diagungkan oleh para salaf yaitu sepuluh hari terakhir
bulan Ramadhan, 10 hari awal bulan Dzulhijjah, dan 10 hari awal bulan
Muharrom, Nah Hari ini kita memasuki tanggal 5 Dzulhijah, masih ada kesempatan bagi kita untuk mengumpulkan pahala sebanyak - banyaknya.
عن
ابن عباس رضي الله عنهما قَالَ:
قَالَ
رسول الله - صلى
الله عليه وسلم: «مَا
مِنْ أيَّامٍ، العَمَلُ الصَّالِحُ
فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنْ هذِهِ
الأَيَّام يعني أيام العشر».وفي
رواية : «أفضل»
قالوا:
يَا رسولَ
اللهِ، وَلا الجِهَادُ في سَبيلِ اللهِ؟
قَالَ: «وَلا
الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ، إِلا رَجُلٌ
خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ، فَلَمْ
يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيءٍ».
رواه
البخاري.
Dari Ibnu 'Abbaas radhiallahu 'anhumaa
ia berkata ; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
“Tidak ada satu amal sholeh yang
lebih dicintai oleh Allah (dalam riwayat At-Thirmidzi: "Lebih
Afdol") melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini
yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah.” Para sahabat bertanya:
“Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab: “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang
yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang
kembali satupun (yaitu ia kehilangan nyawa dan hartanya-pen)”.
Dalam riwayat Ad-Daarimi :
مَا مِنْ
عَمَلٍ أَزْكَى عِنْدَ اللهِ عَزَّ
وَجَلَّ وَلاَ أَعْظَمُ أَجْرًا مِنْ
خَيْرٍ يَعْمَلَهُ فِي عَشْرِ الأَضْحَى
"Tidak ada amalan yang lebih suci
di sisi Allah Azza wa Jalla dan lebih agung pahalanya dari pada
kebaikan yang dikerjakan pada 10 hari bulan qorban" (HR
Al-Bukhari no 969, Abu Dawud no 2440, At-Thirmidzi no 757, Ibnu
Maajah no 1727, Ad-Daarimi no 1773, 1774)
Lafal dalam hadits
يَعْنِي
أَيَّامَ الْعَشْرِ "Yaitu 10 hari
Dzul Hijjah" merupakan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
dan bukan tafsiran dari perawi (lihat penjelasan Ibnu Hajar dalam
Fathul Baari 2/459)
Faedah-Faedah Hadits :
Pertama : Hadits ini menunjukkan
akan keutamaan 10 hari awal Dzulhijjah dibandingkan hari-hari yang
lainnya sepanjang tahun, sehingga Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
memotifasi untuk beramal sholeh pada 10 hari tersebut.
Karenanya pendapat yang dipilih oleh
para ulama bahwasanya hari-hari (siang) yang paling terbaik adalah 10
pertama dzuhijjah mengingat pada hari tersebut ada hari 'Arofah. Dan
hari yang terbaik adalah hari Arofah.
Adapun malam-malam yang terbaik adalah
10 malam terakhir bulan Ramadhan, karena ada malam lailatul Qodar
(yang lebih baik dari 1000 bulan). Dan Malam yang terbaik adalah
malam lailatul Qodar (Lihat Tuhfatul Ahwadzi 3/386).
Akan tetapi –wallahu a'lam- 10 hari
awal Dzul Hijjah merupakan 10 hari yang terbaik bukan hanya karena
ada hari 'Arofah (9 Dzul Hijjah), akan tetapi karena hari-hari haji
yang lainnya juga, seperti hari tarwiyah (8 Dzul Hijjah) dan hari
'ied dan hari nahr/menyembelih pada 10 Dzul Hijjah. Ibnu Hajar
rahimahullah berkata ;
أَنَّ عَشْرَ
ذِيْ الْحِجَّةِ إِنَّمَا شَرُفَ
لِوُقُوْعِ أَعْمَالِ الْحَجِّ فِيْهِ
"Sesungguhnya 10 hari awal Dzul
Hijjah hanyalah mulia dikarenakan amalan-amalan haji dilakukan pada
hari-hari tersebut" (Fathul Baari 2/459)
Kedua : Hadits ini menunjukkan
akan keutamaan jihad, hal ini ditunjukkan dari dua sisi :
- Pemahaman sahabat tentang tingginya nilai jihad. Karenanya tatkala mendengar penuturan Nabi tentang amalan sholeh yang dikerjakan pada 10 Dzul Hijjah maka para sahabat menyatakan "Apakah lebih baik dari pada jihad??"
- Pernyataan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bahwasanya seseorang yang ia berjihad dengan membawa senjata/pedang dan juga tunggangannya, lantas iapun terbunuh dan dirampas harta perangnya (senjata dan tunggangannya), maka amalannya lebih baik dari amalan-amalan sholeh yang dikerjakan pada 10 hari Dzulhijjah.
Tentunya jika mujahid yang kondisinya
seperti ini jika ia berjihad di 10 hari Dzulhijjah maka pahalanya
lebih berlipat-lipat ganda lagi. (Lihat penjelasan Syaikh Muhammad
Sholeh al-'Utsaimin dalam Syarh Riyaadhus Shoolihin tatakala beliau
menyarah hadits ini)
Ketiga : Hadits ini menunjukkan
bahwa seluruh amalan sholeh yang dikerjakan pada 10 hari ini lebih
dicintai oleh Allah dibandingkan jika dikerjakan para hari-hari yang
lainnya sepanjang tahun. Tentunya ini menunjukkan akan dilipat
gandakannya pahala amalan sholeh pada 10 hari tersebut, dan keutamaan
ini mencakup seluruh amalan sholeh tanpa terkecuali.
Banyak amalan yang mungkin dilakukan :
- Puasa, terutama pada hari 9 Dzul Hijjah bagi orang-orang yang tidak berhaji. Adapun 10 Dzulhijjah maka dilarang untuk berpuasa karena merupakan hari 'ied. Tidak ada dalil yang khusus yang menyebutkan tentang keutamaan puasa pada 9 hari awal Dzulhijjah, dan tidak ada juga dalil khusus yang menyebutkan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berpuasa pada hari-hari tersebut. Akan tetapi keutamaan berpuasa diambil dari keumuman hadits di atas.
- Banyak berdzikir kepada Allah, membaca Al-Qur'an, dan memperbanyak sholat sunnah
- Memperbanyak bersedekah
- Berhaji dan Umroh
- Menyembelih kurban pada tanggal 10 Dzulhijjah (silahkan lihat kitab Ahaadiits 'Asyar Dzilhijjah, karya Abdullah bin Sholeh Al-Fauzaan, hal 6-7)
Keempat : Karenanya hendaknya
seorang muslim benar-benar bersyukur kepada Allah karena masih diberi
kesempatan untuk bertemu dengan 10 hari Dzulhijjah. Hendaknya seorang
menjadikan 10 hari ini menjadi hari yang special dengan memperbanyak
ibadah kepada Allah, harus berbeda dengan hari-hari yang biasanya.
Jika kita semangat mengisi malam-malam
10 terakhir bulan Ramadhan dengan banyak ibadah maka demikian pula
hendaknya kita bersemangat untuk mengisi siang-siang hari dari 10
hari Dzul Hijjah dengan banyak ibadah.
Abu 'Utsmaan An-Nahdiy rahimahullah
berkata ;
كَانُوا
يُعَظِّمُوْنَ ثَلاَثَ عَشَرَاتٍ
الْعَشْرِ الأَخِيْرِ مِنْ رَمَضَانَ
وَالْعَشْرِ الأَوَّلِ مِنْ ذِي الْحِجَّةِ
وَالْعَشْرِ الأَوَّلِ مِنْ مُحَرَّم
"Mereka (para salaf dari kalangan
sahabat-pen) mengagungkan tiga puluhan hari, sepuluh hari terakhir
bulan Ramadhan, 10 hari awal bulan Dzulhijjah, dan 10 hari awal bulan
Muharrom" (Lathooif al-Ma'aarif hal 36, Adapun Abu Utsman
An-Nahdiy adalah seorang Mukhodrom, yaitu ia masuk Islam di Zaman
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam hanya saja ia tidak penah bertemu
dengan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Ia hanya bertemu dengan
para sahabat. Ia wafat pada tahun 76 H, lihat Al-Bidaayah wa
An-Nihaayah 9/21)
Makkah al Mukarramah, 30-11-1433 H / 16
Oktober 2012 M
Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar