Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara,
istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan
yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu
sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Alloh dan Rasul-Nya dan (dari)
berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Alloh mendatangkan
keputusan-Nya." Dan Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.
QS. At-Taubah [9] : 24.
Sepasang suami isteri - seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja, Anak tunggal pasangan ini, perempuan cantik berusia tiga setengah tahun, sendirian ia di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur, bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya, ataupun memetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.
Suatu hari dia melihat sebatang paku karat, dan ia pun
mencoret lantai tempat mobil ayahnya diparkirkan, tetapi karena lantainya
terbuat dari marmer maka coretan tidak kelihatan, dicobanya lagi pada mobil
baru ayahnya, Ya karena mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampak jelas,
Apalagi anak-anak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.
Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja karena
ingin menghindari macet, setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka
ia beralih ke sebelah kiri mobil, dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya
sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya,
kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.
Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu
melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama
lunasnya, Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit,
Kerjaan siapa ini !!!. Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan itu berlari
keluar, Dia juga beristighfar, mukanya merah padam ketakutan lebih-lebih
melihat wajah bengis tuannya, sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya,
dia terus mengatakan, saya tidak tahu..tuan.
Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan? hardik
si isteri lagi.
Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari
keluar dari kamarnya, dengan penuh manja dia berkata DIta yg membuat gambar itu
ayahhh.. cantik kan! katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti
biasa..
Si ayah yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang
ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali kali ke
telapak tangan anaknya, Si anak yang tak mengerti apa apa menagis kesakitan,
pedih sekaligus ketakutan, puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula
belakang tangan anaknya.
Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan
merasa puas dengan hukuman yang dikenakan.
Pembantu rumah terbengong, tdk tahu harus berbuat apa Si
ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri
anaknya, Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut
menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.
Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan
si anak kecil luka-luka dan berdarah, Pembantu rumah memandikan anak kecil itu,
sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis, Anak kecil itu juga
menjerit-jerit menahan pedih saat luka-lukanya itu terkena air, lalu si
pembantu rumah menidurkan anak kecil itu, Si ayah sengaja membiarkan anak itu
tidur bersama pembantu rumah.
Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak,
pembantu rumah mengadu ke majikannya, Oleskan obat saja! jawab bapak si anak.
Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu
yang menghabiskan waktu di kamar pembantu, si ayah konon mau memberi pelajaran
pada anaknya, tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya
sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah,
Dita demam, Bu
jawab pembantunya ringkas, kasih
minum panadol aja , jawab si ibu.
Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar
pembantunya, saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia
menutup lagi pintu kamar pembantunya, masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan
tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas.
Sore nanti kita bawa ke klinik..
Pukul 5.00 sudah siap kata majikannya itu, sampai saatnya si
anak yang sudah lemah dibawa ke klinik, Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke
rumah sakit karena keadaannya susah serius, setelah beberapa hari di rawat inap
dokter memanggil bapak dan ibu anak itu.
Tidak ada pilihan.. kata dokter tersebut yang mengusulkan
agar kedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah dan
infeksi akutIni sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua
tangannya harus dipotong dari siku ke bawah kata dokter itu, Si bapak dan ibu
bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu, terasa dunia berhenti
berputar, tapi apa yg dapat dikatakan lagi.
Si ibu meraung merangkul si anak, dengan berat hati dan
lelehan air mata isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat
persetujuan pembedahan, keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang
disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan, Dia juga keheranan melihat kedua
tangannya berbalut kasa putih, ditatapnya muka ayah dan ibunya, kemudian ke
wajah pembantu rumah.
Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis, dalam
siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata,Ayah.. ibu
Dita tidak akan melakukannya lagi, Dita tak mau lagi ayah pukul,
Dita tak mau jahat lagi Dita sayang ayah.. sayang ibu, katanya berulang
kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya, Dita juga sayang Mbok
Narti.. katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu
meraung histeris.
Ayah.. kembalikan tangan Dita, untuk apa diambil.. Dita
janji tidak akan mengulanginya lagi ! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti?
bagaimana Dita mau bermain nanti ?
Dita janji tidak akan
mencoret-coret mobil lagi, katanya berulang-ulang, serasa hancur hati si ibu
mendengar kata-kata anaknya, meraung-raung dia sekuat hati namun takdir
yang sudah terjadi tiada manusia dapat menahannya.
Nasi sudah jadi bubur, pada akhirnya si anak cantik itu
meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa
tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf.
Tahun demi tahun kedua orang tua tersebut menahan kepedihan
dan kehancuran bathin sampai suatu saat Sang Ayah tak kuat lagi menahan
kepedihannya dan wafat diiringi tangis penyesalannya yg tak bertepi, Namun
., si Anak dengan segala keterbatasan dan kekurangannya
tersebut tetap hidup tegar bahkan sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya..
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Alloh sebenar-benar
takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama Islam. QS. Al-Imran [3] : 102.
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya,
dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh
yang nyata bagimu. QS. Al-Baqarah [2] : 208.
Wassalamualaikum Warohmatullhi Wabarokatuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar