A. PENGANTAR
Terasa tidak adil kalau ada sebuah
ketidak harmonisan dalam sebuah rumah tangga lalu kita limpahkan tanggung jawab
pada salah satunya saja, karena harus diakui minimalnya suami maupun istri
punya andil didalamnya.
Kisah yang saya sebutkan diawal pembahasan
pada edisi lalu tentang para ibu-ibu yang memakan daging suami mereka sendiri
dalam suasana obrolan mereka dengan lainnya tidak mesti hanya kesalahan suami
mereka, bahkan sangat mungkin si suami sudah berbuat yang benar namun si istri
lah yang tidak pernah mengerti dan memahami.
Maka pada edisi ini saya tujukan
untaian nasehat ini kepada para istri, semoga semuanya bisa menjalankan apa
seharusnya dia kerjakan, sehingga yang lainnya akan mendapatkan apa yang
seharusnya di dapatkan.
Wallohul Muwaffiq
.
B. TERIMA KODRATMU DAN
PAHAMILAH POSISIMU
Semoga Alloh merohmati orang yang
bisa menempatkan dirinya pada tempatnya yang tepat, saat sebagai suami dia
mengetahui bahwa dia adalah seorang suami yang wajib mempergauli istrinya
dengan baik, demikian juga tatkala dia sebagai istri, dia mengetahui hak dan
kewajiban serta tanggung jawabnya yang besar dengan benar.
Sangat miris hati ini tatkala
ada sebagian istri yang mengatakan :
“Enak ya jadi suami, setiap hari
keluar rumah, bisa berganti-ganti suasana, berbeda dengan istri yang setiap
hari di rumah dan hanya berkutat dengan dapur dan anak.”
Atau kalimat yang senada
Ketauhilah wahai ukhtil
muslimah !!!
Alloh Ta’ala dan Rosululloh telah
menempatkanmu pada posisi yang mulia. Perhatikanlah hadits berikut ini :
عَنْ
عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا
وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ
أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ
Dari
Abdur Rohman bin Auf berkata : Rosululloh bersabda : “Apabila seorang wanita
sholat lima waktu, puasa bulan Romadhon, menjaga farjinya, mentaati suaminya,
maka akan dikatakan kepadanya : Masuklah ke dalam surga dari pintu mana saja
engkau kehendaki.”
(HR.
Ahmad 1664 dengan sanad hasan. Lihat adabuz Zafaf oleh Syaikh Al Albani hal :
286)
Jalan menuju surga, tempat yang
penuh dengan ketenangan dan keindahan nan kekal dan abadi telah dibentangkan
dihadapanmu, yang salah satu jalanya adalah taat pada suami
Sadarilah olehmu bahwa dimanapun
Alloh dan Rosululloh menyebutkan tentang dirimu pasti menyebutkan tentang
ketaatan kepada suami. Terlalu banyak ayat dan hadts yang membicarakan tentang
ini dan saya kira engkau sudah megetahuinya.
Maka sadarlah, bahwa engkau adalah
seorang istri….
Sekali lagi engkau adalah seorang
istri yang seharusnya selalu taat kepada suamimu selagi dia tidak memerintahkan
kepada kemaksiatan….
.
C. PAHAMILAH SUAMIMU
- Seorang suami telah dikodratkan oleh Alloh untuk menjadi kepala keluarga, dialah yang diberi kewajiban oleh Alloh dan Rosul Nya untuk memberi nafkah kepada istri dan anaknya. Yang mana hal ini berkonsekwensi wajib bagi dia untuk mencari pekerjaan, yang terkadang pada zaman seperti sekarang ini tidak semua orang mendapatkan usaha yang sesuai dengan bidangnya. Betapa banyak sarjana yang pekerjaanya di luar keahliannya, apalagi lainnya !!!
- Sulitnya mencari pekerjaan dan capeknya bekerja diluar rumah bagi sang suami akan terasa ringan kalau didukung secara moril oleh si istri, beban dia akan menjadi sedikit ringan secara psikologis kalau istrinya ikut mendukung dan senang dengan apa yang dia kerjakan sekarang.
- Namun kalau kebalikannya? Cobaah bayangkan, kalau suami sudah capek-capek cari pekerjaan, sudah sangat lelah diluar rumah tiba-tiba sampai rumah ditumpuki lagi dengan sikap istrinya yang sangat tidak mengenakkan.
Wahai saudariku ….
Yang harus engkau perhatikan juga,
bahwa sebuah pernikahan adalah mengumpulkan dua insan yang berbeda, berbeda
dalam jenis kelaminnya, berbeda dalam karakter dasarnya, berbeda dalam latar
belakang keluarganya, berbeda dalam latar belakang lingkungan dan
pendidikannya, berbeda dalam unsur-unsur yang mempengaruhi jiwa dan pikirannya,
dan mungkin berbeda dalam cara pandang dan cita-citanya serta
perbedaan-perbedaan lainnya.
Akan sangat mustahi kalau
ditemukan sepasang suami istri yang benar-benar sama dalam segala
sesuatu.
- Siapakah contoh keluarga yang benar-benar kita jadikan panutan ? bukankah keluarganya Rosululloh? Meskipun begitu, apakah selamat dari berbagai macam perbedaan semacam ini ? Tidak wahai saudariku.
Yang
bisa dilakukan adalah saling memamami dan menghargai, wahai suami pahamilah
istrimu dan wahai istri pahamilah suamimu.
Saat si suami harus keluar malam,
saat dia harus meningalkan rumah barang satu mingu atau dua minggu untuk sebuah
keperluan yang bermanfaat, maka sadarilah kalau memang itu adalah tugas dan
kewajibannya yang butuh dukungan dan kerelaan darimu
Bukankah Rosululloh bersabda :
“Sebaik-baik
wanita adalah yang bisa membuatmu senang saat engkau pandang, mentaatimu saat
engkau perintahkan dan menjaga dirinya dan hartamu saat engkau tinggal.”
(HR.
Thobroni dengan sanad shohih, Lihat Shohihul Jami’ : 3299)
Begitu pula sebaliknya, saat si
istri harus ngambek, karena ada sesuatu yang membuatnya tidak senang,
maka wahai suami sadarilah bahwa itu adalah pembawaan fithroh wanita
yang tercipta dari tulang rusuk yang bengkok, yang kalau engkau sikapi
dengan keras saat itu maka segera akan patah dan rusak.
Jangan pernah berpikir bahwa salah
satu dari suami maupun istri berfikir bahwa yang lainnya harus sama persis
dengannya kayak kertas foto copi, karena kalau itu yang engkau inginkan,
maka bukannya akan membuatmu senang namun akan semakin sensitif dengan segala
perbedaan.
.
D. TEGANYA KAU MAKAN
DAGING SUAMIMU SENDIRI
Suatu ketika Rosululloh
berjalan-jalan bersama Ummul Mu’minin Aisyah, Lalu Aisyah mengatakan :
“Cukuplah bagimu bahwa Shofiyah itu begini dan begitu (maksudnya bahwa dia itu
pendek).”
Maka Rosululloh bersabda : “Engkau
barusan mengucapkan sebuah kalimat, seandainya dicelupkan ke lautan pasti akan
berubah warnanya.”
(HR.
Bukhori Muslim)
Perhatikanlah ucapan ghibah
yang “tidak seberapa” ini yang dikatakan oleh Aisyah, wanita yang paling
dicintai oleh Rosululloh. Namun, beliau tetap mengatakan sebagaimana
di atas. Lalu, bagaimana kalau seandainya yang melakukan hal ini adalah seorang
istri untuk membongkar aib suaminya sendiri?
Kalau seandainya engkau membongkar
aib suamimu untuk mencari sebuah solusi, dengan cara menyampaikannya kepada
seseorang yang diperkirakan dapat membantunya menasehati si suami, atau menahan
kedlolimannya kalau memang dia begitu, maka itu adalah sesuatu yang sangat
baik, sebagaimana pernah dilakukan oleh Hindun Binti Utbah.
عَنْ
عَائِشَةَ أَنَّ هِنْدَ بِنْتَ عُتْبَةَ قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أَبَا
سُفْيَانَ رَجُلٌ شَحِيحٌ وَلَيْسَ يُعْطِينِي مَا يَكْفِينِي وَوَلَدِي إِلَّا
مَا أَخَذْتُ مِنْهُ وَهُوَ لَا يَعْلَمُ فَقَالَ خُذِي مَا يَكْفِيكِ وَوَلَدَكِ
بِالْمَعْرُوفِ
Dari Aisyah bahwasannya Hindun Binti
Utbah berkata : “Wahai Rosululloh, sesungguhnya Abu Sufyan adalah seorang yang
sangat kikir, dia tidak memberikan kepadaku nafkah yang cukup bagiku dan bagi
anakku kecuali kalau saya mengambilnya tanpa sepengetahuan dirinya.”
Maka Rosululloh bersabda : “Ambillah
yang cukup untukmu dan anakmu dengan cara yang baik.”
(HR.
Bukhori : 5346, Muslim : 1714)
Alloh Ta’ala menggambarkan bahwa
orang yang mengghibah orang lain adalah seperti memakan daging
bangkainya, perhatikanlah firman Aloh :
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ
إِثْمُُ وَلاَتَجَسَّسُوا وَلاَيَغْتَب بَّعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ
أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ
اللهَ تَوَّابُُ رَّحِيمُُ
Wahai
orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian
prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain
dan janganlah sebagian diantara kamu menggunjing sebagian yang lain, sukakah
salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? Maka
tentunya kamu merasa jijik dengannya. Dan bertaqwalah kepada Alloh,
sesungguhnya Alloh Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
(QS.
Al Hujurot : )
Kalau memang begitu tegakah engkau
memakan daging bangkai seseorang yang banyak berbuat kebaikan kepadamu ???
.
D. SUNGGUH! HAKNYA
ATAS DIRIMU SANGATLAH BESAR…
Bagi yang sedikit saja mengetahui
ayat-ayat Alloh dan Sunnah Rosululloh tentang hubungan suami istri, niscaya
akan mengetahui bahwa hak suami atas istrinya sangatlah besar. Saya sebutkan
beberapa diantaranya sebagai sebuah nasehat dan peringatan bagi semuanya karena
memang agama ini adalah sebuah nasehat sebagai sabda Rosululloh kita.
Alloh juga berfirman :
“Berilah
peringatan, karena sebuah peringatan itu akan bermanfaat bagi insan yang
beriman.”
(QS.
Adz Dzariyat : 55)
Di antara hak suamimu
yang seharusnya engkau tunaikan adalah :
1. Jagalah kehormatan dan harga dirinya, juga
urusilah anak-anak, rumah dan hartanya
Perhatikanlah firman Alloh :
فَالصَّالِحَاتُ
قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللهُ
“Wanita
yang sholihat adalah yang taat kepada Alloh lagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada karena Alloh telah memelihara mereka.” (QS. An Nisa’ :
34)
Rosululloh bersabda :
“Seorang
wanita adalah pemimpin dirumah suaminya dan bertangung jawab atas kepemimpinannya.”
(HR.
Bukhori Muslim)
2. Berpenampilanlah yang
menyenangkan dihadapannya, senyumlah jangan masam muka, bersikap manislah dan
jangan menyebalkan
Rosululloh bersabda :
“Sebaik-baik wanita adalah yang bisa
membuatmu senang saat engkau pandang, mentaatimu saat engkau perintahkan dan
menjaga dirinya dan hartamu saat engkau tinggal.”
(HR. Thobroni dengan sanad shohih,
Lihat Shohihul Jami’ : 3299)
Berkata Syaikh Abdul Adhim al
Badawi :
“Sesuatu yang sangat mengherankan
kalau seorang istri tidak memperhatikan penampilannya dihadapan suaiminya,
namun kalau mau keluar dia sangat perhatian dengan penampilannya, sehingga
benarlah kalau ada yang mengatakan : “Kera kalau dirumah namun kijang kalau
dijalanan 1.” , Wahai hamba wanita Alloh, takutlah kalian
kepada Alloh daam hak suamimu atas dirimu.”
3. Jangan izinkan masuk
rumahmu seseorang yang dibenci suamimu
Rosululloh bersabda :
“Hak kalian (para suami) atas para
istri adalah tidak mengizinkan masuk rumah kalian orang-orang yang kalian
benci.”
(Potongan khutbah haji wada’
Rosululloh yang panjang)
4. Jangan bilang kepada
siapapun tentang sesuatu yang menjadi rahasia kalian berdua, terutama yang
berhubungan dengan urusan ranjang.
Perhatikanlah riwayat hadits berikut
:
Dari Asma’ binti Yazid
berkata :
“Banyak laki-laki dan wanita yang
duduk-duduk bersama Rosululloh, lalu Rosululloh bersabda : “Barangkali ada
seorang laki—laki yang menceritakan sesuatu yang dia lakukan dengan istrinya,
begitu juga istri barangkali ada yang menceritakan apa yang dia lakukan dengan
suminya.”
Saya berkata : “Wahai Rosululloh,
demi Alloh, baik suami maupun istri banyak yang melakukannya.”
Maka Rosululloh bersabda : “Janganah
kalian lakukan, permisalan orang semacam itu adalah semacam setan yang
bertemu dengan setan wanita dijalan lalu berhubungan badan padahal orang-orang
melihatnya.”
(HR.
Ahmad 16/223 dengan sanad shohih, lihat adabuz zafaf hal : 72)
5. Berusahalah untuk
menjaga kelanggengan bahtera rumah tangga, jangan sampai engkau minta cerai
tanpa sebuah sebab syar’i.
- Dari Tsauban berkata : “Rosululloh bersabda :
“Wanita
manapun yang minta cerai pada suaminya tanpa sebab, maka haram
baginya mencium bau surga.”
(HR.
HR. Tirmidzi 1199, Abu Dawud : 2209 dengan sanad shohih, lihat Al Irwa’ : 2035)
- Rosululloh juga bersabda :
“Wanita
yang mengajukan khulu’ (Menggugat cerai) adalah para wanita munafik.”
(HR.
Tirmidzi : 1198, Ash Shohihah : 632)
Wahai wanita muslimah…!!!
Inilah hak-hak suamimu atas dirimu,
berusahalah untuk menjalankannya, maafkanlah semua kekurangan suamimu,
hargailah segala kelebihannya dan berterima kasihlah atas semua yang telah
dikerjakan untukmu. Insya Alloh bahtera rumah tanggamu akan berlayar dengan
tenang bersama hembusan sepoi-sepoinya angin laut.
Wahai para ibu…!!!
Ajarkanlah kepada putri-putri kalian
tentang hak dan kewajibannya atas suaminya kalau dia menikah kelak. Inilah
sunnahnya para wanita salafush sholih sebagaimana yang dilakukan oleh Umamah
binti Harits terhadap otrinya menjelang pernikahanya.
(Lihat
Al Wajiz oleh Syaikh Abdul Adlim Al Badawi hal : 30 dan seterusnya)
.
E. CUKUPLAH BAGIMU
GAMBARAN INI
Sebagai kalimat penutup,
renungkanlah beberaa kejadian pada zaman Rosululloh ini, semoga Alloh
menunjukkan kita ‘tuk meniti jalan yang diridloi Nya :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي
أَوْفَى قَالَ لَمَّا قَدِمَ مُعَاذٌ مِنَ الشَّامِ سَجَدَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا هَذَا يَا مُعَاذُ قَالَ أَتَيْتُ الشَّامَ
فَوَافَقْتُهُمْ يَسْجُدُونَ لِأَسَاقِفَتِهِمْ وَبَطَارِقَتِهِمْ فَوَدِدْتُ فِي
نَفْسِي أَنْ نَفْعَلَ ذَلِكَ بِكَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَا تَفْعَلُوا فَإِنِّي لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ
يَسْجُدَ لِغَيْرِ اللَّهِ لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَا تُؤَدِّي الْمَرْأَةُ حَقَّ رَبِّهَا
حَتَّى تُؤَدِّيَ حَقَّ زَوْجِهَا وَلَوْ سَأَلَهَا نَفْسَهَا وَهِيَ عَلَى قَتَبٍ
لَمْ تَمْنَعْهُ *
Dari Abdulloh bin Abi Aufa berkata :
“Tatkala Mu’adz bin Jabal datang
dari Syam maka dia bersujud kepada Rosululloh.
Lalu Rosululloh bersabda : “Apa yang
barusan engkau lakukan ini wahai Mu’adz ?.
” Mu’adz menjawab : “Saya datang ke
negeri Syam dan saya lihat penduduknya sujud kepada pendeta tokoh mereka, maka
saya kepingin untuk melakukan hal itu terhadapmu.”
Maka Rosululloh bersabda : “Jangan lakukan itu, seandainya saya memerintahkan seseorang
untuk sujud kepada selain Alloh pasti saya perintahkan wanita untuk sujud pada
suaminya, Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di Tangan Nya, seorang wanita
tidak mungkin menunaikan hak Tuhannya selagi tidak mengerjakan hak suaminya,
seandainya suaminya memintanya padahal saat itu sedang berada di dapur maka
janganlah menolaknya.”
(Ibnu
Majah 1853, dan Ahmad dengan lafadz yang mirip 23950 dengan sanad shohih)
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ
أَهْلُ بَيْتٍ مِنَ الْأَنْصَارِ لَهُمْ جَمَلٌ يَسْنُونَ عَلَيْهِ وَإِنَّ
الْجَمَلَ اسْتُصْعِبَ عَلَيْهِمْ فَمَنَعَهُمْ ظَهْرَهُ وَإِنَّ الْأَنْصَارَ
جَاءُوا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا
إِنَّهُ كَانَ لَنَا جَمَلٌ نُسْنِي عَلَيْهِ وَإِنَّهُ اسْتُصْعِبَ عَلَيْنَا
وَمَنَعَنَا ظَهْرَهُ وَقَدْ عَطِشَ الزَّرْعُ وَالنَّخْلُ فَقَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَصْحَابِهِ قُومُوا فَقَامُوا
فَدَخَلَ الْحَائِطَ وَالْجَمَلُ فِي نَاحِيَةٍ فَمَشَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْوَهُ فَقَالَتِ الْأَنْصَارُ يَا نَبِيَّ اللَّهِ إِنَّهُ
قَدْ صَارَ مِثْلَ الْكَلْبِ الْكَلِبِ وَإِنَّا نَخَافُ عَلَيْكَ صَوْلَتَهُ
فَقَالَ لَيْسَ عَلَيَّ مِنْهُ بَأْسٌ فَلَمَّا نَظَرَ الْجَمَلُ إِلَى رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَقْبَلَ نَحْوَهُ حَتَّى خَرَّ
سَاجِدًا بَيْنَ يَدَيْهِ فَأَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بِنَاصِيَتِهِ أَذَلَّ مَا كَانَتْ قَطُّ حَتَّى أَدْخَلَهُ فِي
الْعَمَلِ فَقَالَ لَهُ أَصْحَابُهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذِهِ بَهِيمَةٌ لَا
تَعْقِلُ تَسْجُدُ لَكَ وَنَحْنُ نَعْقِلُ فَنَحْنُ أَحَقُّ أَنْ نَسْجُدَ لَكَ
فَقَالَ لَا يَصْلُحُ لِبَشَرٍ أَنْ يَسْجُدَ لِبَشَرٍ وَلَوْ صَلَحَ لِبَشَرٍ
أَنْ يَسْجُدَ لِبَشَرٍ لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا مِنْ
عِظَمِ حَقِّهِ عَلَيْهَا وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ كَانَ مِنْ قَدَمِهِ
إِلَى مَفْرِقِ رَأْسِهِ قُرْحَةً تَنْبَجِسُ بِالْقَيْحِ وَالصَّدِيدِ ثُمَّ
اسْتَقْبَلَتْهُ فَلَحَسَتْهُ مَا أَدَّتْ حَقَّهُ
Dari Anas bin Malik berkata : “Para
keluarga dari kalangan sahabat anshor mempunyai unta untuk mengairi sawah
mereka. Namun, ada seekor unta yang tidak mau di tungangi. Lalu, mereka datang
kepada Rosululloh seraya berkata: “Kami mempunyai unta untu mengairi sawah
namun sekarang tidak mau ditunggani padahal tanaman sudah waktunya diairi.”
Maka, Rosululloh bersabda kepada
para sahabatnya: “Bangunlah!”
Akhirnya, mereka pun bangun lalu
beliau masuk kebun , dan saat itu unta tersebut sedang berada di pojok kebun.
Lalu, Rosululloh pun berjalan
mendekatinya.
Para sahabat anshor berkata: “Wahai
Rosululloh, unta itu sekarang sudah mirip dengan aning gola, kami takut
anda diserang olehnya.
Maka Rosululloh bersabda : “Dia
tidak akan membahayakanku.”
Dan tatkala unta tersebut melihata
kedatangan Rosululloh, maka diapun segera berjalan menuju Rosululloh lalu
bersujud dihadapannya, maka Rosululloh pun memegang ubun-ubunnya dan unta
itupun menjadi sangat jinak untuk bs digunakan bekerja.
Demi melihat kejadian itu, para
sahabat berkata : “Waai Rosululloh, kalau binatang yang tidak berakal saja
bersujud kepadamu, maka kami yang berakal ini lebih pantas untuk bersujud
kepadamu ?.”
Maka Rosululloh bersabda : “Tidak layak bagi seseorang untuk bersujud kepada manusia
lainnya, seandainya ada manusia yang layak untuk bersujud kepada lainnya
niscaya saya akan memerintahkan waniat untuk sujud kepada suaminya karena hak
suaminya yang sangat besar. Demi Alloh, Dzat yang jiwaku berada ditangan Nya,
seandainya seluruh badan si suami itu dari ujung rambut sampai ujung kaki
terdapat luka bernanah, lalu si istri itu mendatanginya dan menjilatinya maka
dia beum bisa menunaikan hak suaminya.”
(Ahmad
12203 dengan sanad sahih, Liha shohihul Jami’ : 3148)
Adakah
yang bisa engkau ambil pelajaran dari hadits berharga ini ???
Wallohul A’lam wallohul Muwaffiq
(web ini belum diterbitkan)
1 Kijang dalam konteks bahasa arab adalah seekor
binatang yang sering diserupakan dengan wanita yang cantik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar