▼
Sabtu, 21 November 2015
Senin, 16 November 2015
Sejarah Masjid Agung Purwakarta
JATILUHURONLINE, id - WISATA, Seperti telah disebutkan,
Masjid Agung Purwakarta didirikan hampir bersamaan dengan pendopo. Di Jawa
Barat khususnya dan di Pulau Jawa umumnya, setiap kota tradisional yang
didirikan sebagai pusat pemerintahan kabupaten, memiliki komponen utama berupa
pendopo, alun-alun, dan masjid agung. Ketiga komponen itu dibangun hampir
bersamaan. Hal itu berarti, pada awal berdirinya Masjid Agung Purwakarta
dibangun oleh penduduk Sindangkasih, dipimpin oleh hoofdpanghulu (penghulu
kepala) dan di bawah pengawasan Bupati R.A.A. Suriawinata alias “Dalem
Sholawat” (1830 – 1849). Pada waktu itu yang menjadi hoofdpanghulu Kabupaten
Karawang adalah Raden Haji Yusuf (Baing Yusuf). Ia menjadi Hoofdpanghulu
Karawang sejak tahun 1828 (Almanak van Nederlandsch Indie, 1828 : 59). Dalam
kedudukan itu, Baing Yusuf juga berperan sebagai pengelola Masjid Agung
Purwakarta.
Pada tahap awal, kondisi bangunan masjid masih sangat
sederhana, sama dengan kondisi bangunan pendopo, yaitu belum berupa bangunan
permanen. Atap masjid berbentuk atap tumpang, ciri khas masjid tradisional.
Waktu itu, atap umumnya terbuat dari ijuk, dan badan bangunan dibuat dari kayu
dan bambu.
Kamis, 05 November 2015
Keamanan Lingkungan Tanggung Jawab Kita Bersama
Sepertinya kita masih harus terus bersinergi untuk menjaga keamanan di Perumahan Bumi Jaya Indah, terutama RW : 11.
Walaupun sudah kita ketahui bersama, bahwa saat ini pihak keamanan sudah menerapkan akses satu pintu keluar masuk Perum pada malam hari, toh kemarin salah satu warga kita di Blok M masih kebobolan juga, dua motor yaitu Fixon dan Beat yang di parkir di teras rumahnya raib digondol Maling.
Kejadian ini diperkirakan terjadi sekitar pukul 01.30 dini hari, dimana pihak security baru saja lewat melakukan patroli dikawasan tersebut.
Pelaku berhasil membawa kabur dua motor sekaligus dengan cara merusak gembok pagar teras dan gembok Portal gg. Taubat, dengan menggunakan cairan kimia.
Keamanan Lingkungan kita bukan semata tanggungjawab security, keamanan ataupun ketua RW, tetapi tanggungjawab kita bersama seluruh warga Perumahan.
Mudah - mudahan secepatnya kita bisa menemukan solusi untuk permasalahan ini
Semoga bermanfaat
Walaupun sudah kita ketahui bersama, bahwa saat ini pihak keamanan sudah menerapkan akses satu pintu keluar masuk Perum pada malam hari, toh kemarin salah satu warga kita di Blok M masih kebobolan juga, dua motor yaitu Fixon dan Beat yang di parkir di teras rumahnya raib digondol Maling.
Kejadian ini diperkirakan terjadi sekitar pukul 01.30 dini hari, dimana pihak security baru saja lewat melakukan patroli dikawasan tersebut.
Pelaku berhasil membawa kabur dua motor sekaligus dengan cara merusak gembok pagar teras dan gembok Portal gg. Taubat, dengan menggunakan cairan kimia.
Keamanan Lingkungan kita bukan semata tanggungjawab security, keamanan ataupun ketua RW, tetapi tanggungjawab kita bersama seluruh warga Perumahan.
Mudah - mudahan secepatnya kita bisa menemukan solusi untuk permasalahan ini
Semoga bermanfaat
Jumat, 23 Oktober 2015
Agar Dunia Tak Memenjara (6) : Sadarilah Dunia Itu Melenakan
Indah dan melenakan. Itulah dunia. Karena itu, tak sedikit
yang sengsara dibuatnya. Ada yang celaka, ada juga yang terhina. Andaikata ada
yang bahagia karena dunia, itu hanya sementara. Karenanya, kita harus
senantiasa waspada. Jangan sampai terlena
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan
salam semoga tercurahkan kepada Rasul junjungan; Muhammad Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam.
Indah dan melenakan. Itulah dunia. Karena itu, tak sedikit
yang sengsara dibuatnya. Ada yang celaka, ada juga yang terhina. Andaikata ada
yang bahagia karena dunia, itu hanya sementara. Karenanya, kita harus
senantiasa waspada. Jangan sampai terlena. Jika tidak, kita akan menjadi korban
berikutnya. Waspadalah..waspadalah..! Berikut ini catatan penting tentang dunia
yang tidak boleh dilewatkan begitu saja.
Dunia dengan segala kemegahan dan keindahannya tidak ada
nilainya jika dibandingkan dengan akhirat. Camkanlah firman Allah berikut ini
(Q.s. at-Taubah [9]: 38), yang artinya: “Apakah kamu puas dengan kehidupan di
dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini
(dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit.” Berapa banyak yang
mampu manusia peroleh dari kepuasan itu? Padahal umurnya hanya sebentar. Jika
ia memilih kenikmatan yang sedikit itu, maka di akhirat kelak tidak ada tempat
yang pantas baginya, melainkan neraka.
Jumat, 02 Oktober 2015
Agar Dunia Tak Memenjara (5): Sadarilah Dunia Itu Menipu
Bagaikan fatamorgana, seperti itulah dunia. Ia adalah
kehidupan yang tidak abadi, kebahagiaan yang menipu, dan kesenangan yang semu.
Namun, sangat disayangkan masih saja banyak yang tertipu. Apakah mereka ini
tidak tahu, atau pura-pura tidak tahu akan hakikat dunia yang sebenarnya?
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan
salam semoga tercurahkan kepada Rasul junjungan; Muhammad Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam.
Inilah dunia, maka berhati-hatilah.
“Bagaikan fatamorgana,” seperti itulah dunia. Ia adalah
kehidupan yang tidak abadi, kebahagiaan yang menipu, dan kesenangan yang semu.
Namun, sangat disayangkan masih saja banyak yang tertipu. Apakah mereka ini
tidak tahu, atau pura-pura tidak tahu akan hakikat dunia yang sebenarnya? Dunia
ini fana, dan kenikmatan di dalamnya juga sementara. Dunia ini hina, tidak
sebanding dengan nilai seekor nyamuk yang lemah tanpa daya. Bahkan dunia ini
pun terlaknat, beserta apa yang ada di dalamnya, kecuali kebaktian, kebajikan,
dan amal saleh.
Jumat, 25 September 2015
Agar Dunia Tak Memenjara (4): Petuah Orang-Orang Bijak
Lukman Hakim berkata, "Wahai anakku tercinta jika mulai
hari ini engkau berpaling dari dunia berarti engkau telah melepaskannya, dan
engkau bisa segera bergegas menuju akhiratmu. Ketahuilah engkau ini lebih dekat
ke akhirat yang mendatangimu daripada dunia yang menjauhimu"
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan
salam semoga tercurahkan kepada Rasul junjungan; Muhammad Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam.
Dunia memang melenakan. Lantas, bagaimanakah orang bijak
bersikap?
Adalah sebuah keteledoran jika kita tidak mau belajar kepada
ahli yang lebih berpengalaman. Dalam bidang otomotif misalnya, terdapat
ahli-ahli handal yang kenyang pengalaman menangani berbagai jenis kendaraan,
dan paham betul seluk-beluk perbengkelan. Jika motor atau mobil kita rusak
parah, kemudian kita bawa ke tukang bengkel amatiran, tentu ini sebuah
kesalahan. Dijamin, servisnya berhari-hari atau berminggu-minggu, itu saja
masih untung kalau kendaraan kita tidak dibikin lebih parah kerusakannya. Lebih
parah jika kita tidak datang ke pihak yang salah (bukan tukang bengkel), tidak
tahu seperti apa jadinya.
Jumat, 04 September 2015
Agar Dunia Tak Memenjara (3): Pandangan Orang Mukmin Terhadap Dunia
Bagaimanakah orang mukmin memandang dunia? Orang mukmin
adalah sebaik-baik makhluk dalam memanfaatkan dunia. Baginya, dunia bukanlah
tempat untuk mencari kepuasan lahiriah semata, karena ada hal yang lebih
penting dari sekadar kesenangan duniawi
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan
salam semoga tercurahkan kepada Rasul junjungan; Muhammad Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam.
Bagaimanakah orang mukmin memandang dunia?
Orang mukmin adalah sebaik-baik makhluk dalam memanfaatkan
dunia. Baginya, dunia bukanlah tempat untuk mencari kepuasan lahiriah semata,
karena ada hal yang lebih penting dari sekadar kesenangan duniawi. Menurutnya,
kebahagiaan tidak terletak pada materi, namun lebih pada ketentraman hati.
Yaitu hati yang disirami oleh cahaya keimanan, hati yang tersentuh oleh
panggilan ilahi. Itulah sumber kebahagiaan. Oleh karena itu, ia tidak memandang
dunia sebagai tujuan utama hidupnya.
Jumat, 28 Agustus 2015
Agar Dunia Tak Memenjara (2): Sadarilah Dunia Lebih Hina Dari Sayap Nyamuk
Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam pernah bersabda,
"Seandainya dunia ini sama nilainya dengan sayap nyamuk di sisi Allah.
Niscaya Ia tidak akan memberikan minuman dari dunia itu kepada orang kafir,
meskipun hanya seteguk air" (HR. Tirmidzi. Syeikh Albani menshahihkan
hadis ini).
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan
salam semoga tercurahkan kepada Rasul junjungan; Muhammad Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam.
Dunia ini tidak lebih baik dari seekor nyamuk!
Mungkin Anda bersungut-sungut ketika membaca kalimat di
atas. Benarkah dunia yang sebegitu besar dan indahnya lebih hina dari seekor
nyamuk? Makhluk yang sering kita pandang tak berharga itu? Makhluk kecil yang
sering mengusik ketenangan kita. Ternyata ia mengalahkan kemegahan dan
kebesaran dunia. Apa pasal? Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus menyamakan
persepsi terlebih dahulu.
Senin, 10 Agustus 2015
Agar Dunia Tak Memenjara (1): Carilah Kebahagiaan Yang Hakiki
Sesungguhnya di dunia ini ada sebuah surga, siapa pun yang
tidak masuk ke dalamnya, niscaya ia tidak akan masuk surga akhirat. Ada
seseorang yang mengingatkanku tentang apa yang diperbuat musuh-musuh
terhadapku. Maka aku katakan padanya, ‘Surga dan tamanku ada di dadaku, ia akan
tetap selalu menyertaiku ke mana pun aku pergi
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan
salam semoga tercurahkan kepada Rasul junjungan; Muhammad Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam.
Sudah menjadi watak manusia untuk mencintai keindahan,
kesenangan, kebahagiaan, atau yang senada dengannya, karena memang manusia
diciptakan dengan dilengkapi hawa nafsu. Oleh karena itu, setiap yang berbau
enak pasti digandrunginya. Itu tidak bisa dipungkiri. Harta, tahta dan wanita
adalah tiga hal yang tidak akan pernah sepi dari para pengejarannya. Pesta,
perayaan, senang-senang, dan hura-hura adalah sesuatu yang akan selalu melekat
pada diri manusia.
Rabu, 29 Juli 2015
Puasa Syawal: Puasa Seperti Setahun Penuh
Salah satu dari pintu-pintu kebaikan adalah melakukan puasa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَلَا أَدُلُّكَ عَلَى أَبْوَابِ الْخَيْرِ؟ الصَّوْمُ جُنَّةٌ …
“Maukah aku tunjukkan padamu pintu-pintu kebaikan? Puasa adalah perisai, …” (HR. Tirmidzi, hadits ini hasan shohih)
Puasa dalam hadits ini merupakan perisai bagi seorang muslim baik di dunia maupun di akhirat. Di dunia, puasa adalah perisai dari perbuatan-perbuatan maksiat, sedangkan di akhirat nanti adalah perisai dari api neraka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda dalam hadits Qudsi:
وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ
“Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya.” (HR. Bukhari)
Oleh karena itu, untuk mendapatkan kecintaan Allah ta’ala, maka lakukanlah puasa sunnah setelah melakukan yang wajib. Di antara puasa sunnah yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam anjurkan setelah melakukan puasa wajib (puasa Ramadhan) adalah puasa enam hari di bulan Syawal.
Dianjurkan untuk Puasa Enam Hari di Bulan Syawal
Puasa ini mempunyai keutamaan yang sangat istimewa. Hal ini dapat dilihat dari sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari sahabat Abu Ayyub Al Anshoriy, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim)
Pada hadits ini terdapat dalil tegas tentang dianjurkannya puasa enam hari di bulan Syawal dan pendapat inilah yang dipilih oleh madzhab Syafi’i, Ahmad dan Abu Daud serta yang sependapat dengan mereka. Sedangkan Imam Malik dan Abu Hanifah menyatakan makruh. Namun pendapat mereka ini lemah karena bertentangan dengan hadits yang tegas ini. (Lihat Syarh An Nawawi ‘ala Muslim, 8/56)
Puasa Syawal, Puasa Seperti Setahun Penuh
Dari Tsauban, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ صَامَ سِتَّةَ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ كَانَ تَمَامَ السَّنَةِ (مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا)
“Barang siapa berpuasa enam hari setelah hari raya Idul Fitri, maka dia seperti berpuasa setahun penuh. [Barang siapa berbuat satu kebaikan, maka baginya sepuluh kebaikan semisal].” (HR. Ibnu Majah dan dishohihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Irwa’ul Gholil)
Orang yang melakukan satu kebaikan akan mendapatkan sepuluh kebaikan yang semisal. Puasa ramadhan adalah selama sebulan berarti akan semisal dengan puasa 10 bulan. Puasa syawal adalah enam hari berarti akan semisal dengan 60 hari yang sama dengan 2 bulan. Oleh karena itu, seseorang yang berpuasa ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan syawal akan mendapatkan puasa seperti setahun penuh. (Lihat Syarh An Nawawi ‘ala Muslim, 8/56 dan Syarh Riyadhus Sholihin, 3/465). Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat ini bagi umat Islam.
Apakah Puasa Syawal Harus Berurutan dan Dilakukan di AwalRamadhan Syawal?
Imam Nawawi dalam Syarh Muslim, 8/56 mengatakan, “Para ulama madzhab Syafi’i mengatakan bahwa paling afdhol (utama) melakukan puasa syawal secara berturut-turut (sehari) setelah shalat ‘Idul Fithri. Namun jika tidak berurutan atau diakhirkan hingga akhir Syawal maka seseorang tetap mendapatkan keutamaan puasa syawal setelah sebelumnya melakukan puasa Ramadhan.” Oleh karena itu, boleh saja seseorang berpuasa syawal tiga hari setelah Idul Fithri misalnya, baik secara berturut-turut ataupun tidak, karena dalam hal ini ada kelonggaran. Namun, apabila seseorang berpuasa syawal hingga keluar waktu (bulan Syawal) karena bermalas-malasan maka dia tidak akan mendapatkan ganjaran puasa syawal.
Catatan: Apabila seseorang memiliki udzur (halangan) seperti sakit, dalam keadaan nifas, sebagai musafir, sehingga tidak berpuasa enam hari di bulan syawal, maka boleh orang seperti ini meng-qodho’ (mengganti) puasa syawal tersebut di bulan Dzulqo’dah. Hal ini tidaklah mengapa. (Lihat Syarh Riyadhus Sholihin, 3/466)
Tunaikanlah Qodho’ (Tanggungan) Puasa Terlebih Dahulu
Lebih baik bagi seseorang yang masih memiliki qodho’ puasa Ramadhan untuk menunaikannya daripada melakukan puasa Syawal. Karena tentu saja perkara yang wajib haruslah lebih diutamakan daripada perkara yang sunnah. Alasan lainnya adalah karena dalam hadits di atas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Barang siapa berpuasa Ramadhan.” Jadi apabila puasa Ramadhannya belum sempurna karena masih ada tanggungan puasa, maka tanggungan tersebut harus ditunaikan terlebih dahulu agar mendapatkan pahala semisal puasa setahun penuh.
Apabila seseorang menunaikan puasa Syawal terlebih dahulu dan masih ada tanggungan puasa, maka puasanya dianggap puasa sunnah muthlaq (puasa sunnah biasa) dan tidak mendapatkan ganjaran puasa Syawal karena kita kembali ke perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tadi, “Barang siapa berpuasa Ramadhan.” (Lihat Syarhul Mumthi’, 3/89, 100)
Catatan: Adapun puasa sunnah selain puasa Syawal, maka boleh seseorang mendahulukannya dari mengqodho’ puasa yang wajib selama masih ada waktu lapang untuk menunaikan puasa sunnah tersebut. Dan puasa sunnahnya tetap sah dan tidak berdosa. Tetapi perlu diingat bahwa menunaikan qodho’ puasa tetap lebih utama daripada melakukan puasa sunnah. Hal inilah yang ditekankan oleh Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin -semoga Allah merahmati beliau- dalam kitab beliau Syarhul Mumthi’, 3/89 karena seringnya sebagian orang keliru dalam permasalahan ini.
Kita ambil permisalan dengan shalat dzuhur. Waktu shalat tersebut adalah mulai dari matahari bergeser ke barat hingga panjang bayangan seseorang sama dengan tingginya. Kemudian dia shalat di akhir waktu misalnya jam 2 siang karena udzur (halangan). Dalam waktu ini bolehkah dia melakukan shalat sunnah kemudian melakukan shalat wajib? Jawabnya boleh, karena waktu shalatnya masih lapang dan shalat sunnahnya tetap sah dan tidak berdosa. Namun hal ini berbeda dengan puasa syawal karena puasa ini disyaratkan berpuasa ramadhan untuk mendapatkan ganjaran seperti berpuasa setahun penuh. Maka perhatikanlah perbedaan dalam masalah ini!
Boleh Berniat di Siang Hari dan Boleh Membatalkan Puasa Ketika Melakukan Puasa Sunnah
Permasalahan pertama ini dapat dilihat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah masuk menemui keluarganya lalu menanyakan: “Apakah kalian memiliki sesuatu (yang bisa dimakan, pen)?” Mereka berkata, “tidak” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Kalau begitu sekarang, saya puasa.” Dari hadits ini berarti seseorang boleh berniat di siang hari ketika melakukan puasa sunnah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga terkadang berpuasa sunnah kemudian beliau membatalkannya sebagaimana dikatakan oleh Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha dan terdapat dalam kitab An Nasa’i. (Lihat Zadul Ma’ad, 2/79)
Semoga dengan sedikit penjelasan ini dapat mendorong kita melakukan puasa enam hari di bulan Syawal, semoga amalan kita diterima dan bermanfaat pada hari yang tidak bermanfaat harta dan anak kecuali yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallaahu ‘alaa nabiyyina Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shohbihi wa sallam.
***
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.muslim.or.id
أَلَا أَدُلُّكَ عَلَى أَبْوَابِ الْخَيْرِ؟ الصَّوْمُ جُنَّةٌ …
“Maukah aku tunjukkan padamu pintu-pintu kebaikan? Puasa adalah perisai, …” (HR. Tirmidzi, hadits ini hasan shohih)
Puasa dalam hadits ini merupakan perisai bagi seorang muslim baik di dunia maupun di akhirat. Di dunia, puasa adalah perisai dari perbuatan-perbuatan maksiat, sedangkan di akhirat nanti adalah perisai dari api neraka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda dalam hadits Qudsi:
وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ
“Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya.” (HR. Bukhari)
Oleh karena itu, untuk mendapatkan kecintaan Allah ta’ala, maka lakukanlah puasa sunnah setelah melakukan yang wajib. Di antara puasa sunnah yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam anjurkan setelah melakukan puasa wajib (puasa Ramadhan) adalah puasa enam hari di bulan Syawal.
Dianjurkan untuk Puasa Enam Hari di Bulan Syawal
Puasa ini mempunyai keutamaan yang sangat istimewa. Hal ini dapat dilihat dari sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari sahabat Abu Ayyub Al Anshoriy, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim)
Pada hadits ini terdapat dalil tegas tentang dianjurkannya puasa enam hari di bulan Syawal dan pendapat inilah yang dipilih oleh madzhab Syafi’i, Ahmad dan Abu Daud serta yang sependapat dengan mereka. Sedangkan Imam Malik dan Abu Hanifah menyatakan makruh. Namun pendapat mereka ini lemah karena bertentangan dengan hadits yang tegas ini. (Lihat Syarh An Nawawi ‘ala Muslim, 8/56)
Puasa Syawal, Puasa Seperti Setahun Penuh
Dari Tsauban, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ صَامَ سِتَّةَ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ كَانَ تَمَامَ السَّنَةِ (مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا)
“Barang siapa berpuasa enam hari setelah hari raya Idul Fitri, maka dia seperti berpuasa setahun penuh. [Barang siapa berbuat satu kebaikan, maka baginya sepuluh kebaikan semisal].” (HR. Ibnu Majah dan dishohihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Irwa’ul Gholil)
Orang yang melakukan satu kebaikan akan mendapatkan sepuluh kebaikan yang semisal. Puasa ramadhan adalah selama sebulan berarti akan semisal dengan puasa 10 bulan. Puasa syawal adalah enam hari berarti akan semisal dengan 60 hari yang sama dengan 2 bulan. Oleh karena itu, seseorang yang berpuasa ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan syawal akan mendapatkan puasa seperti setahun penuh. (Lihat Syarh An Nawawi ‘ala Muslim, 8/56 dan Syarh Riyadhus Sholihin, 3/465). Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat ini bagi umat Islam.
Apakah Puasa Syawal Harus Berurutan dan Dilakukan di Awal
Imam Nawawi dalam Syarh Muslim, 8/56 mengatakan, “Para ulama madzhab Syafi’i mengatakan bahwa paling afdhol (utama) melakukan puasa syawal secara berturut-turut (sehari) setelah shalat ‘Idul Fithri. Namun jika tidak berurutan atau diakhirkan hingga akhir Syawal maka seseorang tetap mendapatkan keutamaan puasa syawal setelah sebelumnya melakukan puasa Ramadhan.” Oleh karena itu, boleh saja seseorang berpuasa syawal tiga hari setelah Idul Fithri misalnya, baik secara berturut-turut ataupun tidak, karena dalam hal ini ada kelonggaran. Namun, apabila seseorang berpuasa syawal hingga keluar waktu (bulan Syawal) karena bermalas-malasan maka dia tidak akan mendapatkan ganjaran puasa syawal.
Catatan: Apabila seseorang memiliki udzur (halangan) seperti sakit, dalam keadaan nifas, sebagai musafir, sehingga tidak berpuasa enam hari di bulan syawal, maka boleh orang seperti ini meng-qodho’ (mengganti) puasa syawal tersebut di bulan Dzulqo’dah. Hal ini tidaklah mengapa. (Lihat Syarh Riyadhus Sholihin, 3/466)
Tunaikanlah Qodho’ (Tanggungan) Puasa Terlebih Dahulu
Lebih baik bagi seseorang yang masih memiliki qodho’ puasa Ramadhan untuk menunaikannya daripada melakukan puasa Syawal. Karena tentu saja perkara yang wajib haruslah lebih diutamakan daripada perkara yang sunnah. Alasan lainnya adalah karena dalam hadits di atas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Barang siapa berpuasa Ramadhan.” Jadi apabila puasa Ramadhannya belum sempurna karena masih ada tanggungan puasa, maka tanggungan tersebut harus ditunaikan terlebih dahulu agar mendapatkan pahala semisal puasa setahun penuh.
Apabila seseorang menunaikan puasa Syawal terlebih dahulu dan masih ada tanggungan puasa, maka puasanya dianggap puasa sunnah muthlaq (puasa sunnah biasa) dan tidak mendapatkan ganjaran puasa Syawal karena kita kembali ke perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tadi, “Barang siapa berpuasa Ramadhan.” (Lihat Syarhul Mumthi’, 3/89, 100)
Catatan: Adapun puasa sunnah selain puasa Syawal, maka boleh seseorang mendahulukannya dari mengqodho’ puasa yang wajib selama masih ada waktu lapang untuk menunaikan puasa sunnah tersebut. Dan puasa sunnahnya tetap sah dan tidak berdosa. Tetapi perlu diingat bahwa menunaikan qodho’ puasa tetap lebih utama daripada melakukan puasa sunnah. Hal inilah yang ditekankan oleh Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin -semoga Allah merahmati beliau- dalam kitab beliau Syarhul Mumthi’, 3/89 karena seringnya sebagian orang keliru dalam permasalahan ini.
Kita ambil permisalan dengan shalat dzuhur. Waktu shalat tersebut adalah mulai dari matahari bergeser ke barat hingga panjang bayangan seseorang sama dengan tingginya. Kemudian dia shalat di akhir waktu misalnya jam 2 siang karena udzur (halangan). Dalam waktu ini bolehkah dia melakukan shalat sunnah kemudian melakukan shalat wajib? Jawabnya boleh, karena waktu shalatnya masih lapang dan shalat sunnahnya tetap sah dan tidak berdosa. Namun hal ini berbeda dengan puasa syawal karena puasa ini disyaratkan berpuasa ramadhan untuk mendapatkan ganjaran seperti berpuasa setahun penuh. Maka perhatikanlah perbedaan dalam masalah ini!
Boleh Berniat di Siang Hari dan Boleh Membatalkan Puasa Ketika Melakukan Puasa Sunnah
Permasalahan pertama ini dapat dilihat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah masuk menemui keluarganya lalu menanyakan: “Apakah kalian memiliki sesuatu (yang bisa dimakan, pen)?” Mereka berkata, “tidak” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Kalau begitu sekarang, saya puasa.” Dari hadits ini berarti seseorang boleh berniat di siang hari ketika melakukan puasa sunnah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga terkadang berpuasa sunnah kemudian beliau membatalkannya sebagaimana dikatakan oleh Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha dan terdapat dalam kitab An Nasa’i. (Lihat Zadul Ma’ad, 2/79)
Semoga dengan sedikit penjelasan ini dapat mendorong kita melakukan puasa enam hari di bulan Syawal, semoga amalan kita diterima dan bermanfaat pada hari yang tidak bermanfaat harta dan anak kecuali yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallaahu ‘alaa nabiyyina Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shohbihi wa sallam.
***
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.muslim.or.id
Selasa, 30 Juni 2015
Dor! Dor! Dua warga Jatiluhur ditembak Begal
KoPur - Dua orang
warga Kampung Ciganea RT 1/1 Desa Mekar Galih
Kecamatan Jatiluhur -
Purwakarta ditembak begal yang sedang beraksi di
Kampung setempat. Selasa
(30/6/2015) sekitar pukul 01. 00 Wib dini hari.
Dua korban yang ditembak
kawanan begal ini masing-masing Rangga (24). Dia ditembak begal tepat
dibagain dada sebelah kanan dan langsung ambruk.
Sedangkan koban lainnya
bernama Dewan (26). Ia tertembak dibagian tangan sebelah kanan saat
melindungi diri dari tembakan komplotan begal ini.
Kejadian ini bermula saat
kawanan begal akan mencuri kendaraan di rumah Rangga. Dua orang
pelaku ini telah berhasil masuk ke garasi rumah di Kampung tersebut.
Namun, saat sedang beraksi orang tua Rangga yang curiga dengan suara
berisik di bagain garasi kemudian mengecek sumber suara tersebut.
Saat masuk ke ruang garasi, terdapat dua orang tak dikenal sedang
mengotak-atik motor. Diduga motor tersebut akan dicuri.
Kaget aksinya diketahui
pemilik rumah, dua begal ini melepaskan sejata api yang mengarah
kepada orang tua Rangga. Namun berhasil menghindar.
Sabtu, 27 Juni 2015
Senin, 22 Juni 2015
Minggu, 21 Juni 2015
Update penampilan Diaz ke-3
Insya Allah ananda Diaz akan tampil lagi
Ketik AJ (spasi) DIAZ
Kirim ke :
98888 (Telkomsel) atau
97288 (Xl & Indosat)
- Hari : Senin
- Tanggal : 22 Juni 2015
- Jam : 14.30 wib
Ketik AJ (spasi) DIAZ
Kirim ke :
98888 (Telkomsel) atau
97288 (Xl & Indosat)
Sabtu, 20 Juni 2015
Info mudik bareng 2015
Bagi Bapak Ibu yang ingin berlebaran di Jawa Tengah atau Jawa Timur dan kebetulan belum punya tiket, berikut ada informasi mudik bareng, siapa tahu cocok
Insya Allah berangkat tanggal 13 Juli 2015
Insya Allah berangkat tanggal 13 Juli 2015
Kamis, 18 Juni 2015
Jadwal imsakiyah Ramadhan 1436 H wilayah Purwakarta
Kementerian Agama Republik Indonesia | ||||||||
Jadwal Imsakiyah 1436 H/2015 M | ||||||||
Propinsi : JAWA BARAT | ||||||||
Daerah : PURWAKARTA | ||||||||
Tanggal | Imsak | Subuh | Terbit | Duha | Dzuhur | Asar | Maghrib | Isya' |
1 Ramadan 1436 H | 04:27 | 04:37 | 05:56 | 06:25 | 11:54 | 15:15 | 17:46 | 19:01 |
2 Ramadan 1436 H | 04:28 | 04:38 | 05:57 | 06:25 | 11:55 | 15:15 | 17:47 | 19:01 |
3 Ramadan 1436 H | 04:28 | 04:38 | 05:57 | 06:25 | 11:55 | 15:15 | 17:47 | 19:01 |
4 Ramadan 1436 H | 04:28 | 04:38 | 05:57 | 06:25 | 11:55 | 15:16 | 17:47 | 19:01 |
5 Ramadan 1436 H | 04:28 | 04:38 | 05:57 | 06:25 | 11:55 | 15:16 | 17:47 | 19:01 |
6 Ramadan 1436 H | 04:28 | 04:38 | 05:57 | 06:26 | 11:55 | 15:16 | 17:47 | 19:02 |
7 Ramadan 1436 H | 04:29 | 04:39 | 05:58 | 06:26 | 11:56 | 15:16 | 17:48 | 19:02 |
8 Ramadan 1436 H | 04:29 | 04:39 | 05:58 | 06:26 | 11:56 | 15:17 | 17:48 | 19:02 |
9 Ramadan 1436 H | 04:29 | 04:39 | 05:58 | 06:26 | 11:56 | 15:17 | 17:48 | 19:02 |
10 Ramadan 1436 H | 04:29 | 04:39 | 05:58 | 06:26 | 11:56 | 15:17 | 17:48 | 19:02 |
11 Ramadan 1436 H | 04:30 | 04:40 | 05:58 | 06:27 | 11:56 | 15:17 | 17:49 | 19:03 |
12 Ramadan 1436 H | 04:30 | 04:40 | 05:59 | 06:27 | 11:57 | 15:17 | 17:49 | 19:03 |
13 Ramadan 1436 H | 04:30 | 04:40 | 05:59 | 06:27 | 11:57 | 15:18 | 17:49 | 19:03 |
14 Ramadan 1436 H | 04:30 | 04:40 | 05:59 | 06:27 | 11:57 | 15:18 | 17:49 | 19:03 |
15 Ramadan 1436 H | 04:30 | 04:40 | 05:59 | 06:27 | 11:57 | 15:18 | 17:49 | 19:03 |
16 Ramadan 1436 H | 04:31 | 04:41 | 05:59 | 06:27 | 11:57 | 15:18 | 17:50 | 19:04 |
17 Ramadan 1436 H | 04:31 | 04:41 | 05:59 | 06:28 | 11:58 | 15:18 | 17:50 | 19:04 |
18 Ramadan 1436 H | 04:31 | 04:41 | 06:00 | 06:28 | 11:58 | 15:19 | 17:50 | 19:04 |
19 Ramadan 1436 H | 04:31 | 04:41 | 06:00 | 06:28 | 11:58 | 15:19 | 17:50 | 19:04 |
20 Ramadan 1436 H | 04:31 | 04:41 | 06:00 | 06:28 | 11:58 | 15:19 | 17:51 | 19:04 |
21 Ramadan 1436 H | 04:31 | 04:41 | 06:00 | 06:28 | 11:58 | 15:19 | 17:51 | 19:04 |
22 Ramadan 1436 H | 04:32 | 04:42 | 06:00 | 06:28 | 11:58 | 15:19 | 17:51 | 19:05 |
23 Ramadan 1436 H | 04:32 | 04:42 | 06:00 | 06:28 | 11:59 | 15:20 | 17:51 | 19:05 |
24 Ramadan 1436 H | 04:32 | 04:42 | 06:00 | 06:28 | 11:59 | 15:20 | 17:51 | 19:05 |
25 Ramadan 1436 H | 04:32 | 04:42 | 06:00 | 06:28 | 11:59 | 15:20 | 17:52 | 19:05 |
26 Ramadan 1436 H | 04:32 | 04:42 | 06:00 | 06:28 | 11:59 | 15:20 | 17:52 | 19:05 |
27 Ramadan 1436 H | 04:32 | 04:42 | 06:00 | 06:28 | 11:59 | 15:20 | 17:52 | 19:05 |
28 Ramadan 1436 H | 04:32 | 04:42 | 06:00 | 06:28 | 11:59 | 15:20 | 17:52 | 19:05 |
29 Ramadan 1436 H | 04:33 | 04:43 | 06:00 | 06:28 | 11:59 | 15:20 | 17:52 | 19:06 |
Selasa, 16 Juni 2015
Sidang isbat :1 Ramadhan 1436 H jatuh hari Kamis 18 Juni 2015
Liputan6.com, Jakarta - Melalui sidang isbat yang digelar
pemerintah melalui Kementerian Agama pada pukul 18.20 WIB diputuskan, 1
Ramadan 1436 Hijriah jatuh pada Kamis 18 Juni 2015. Keputusan ini
diambil setelah mempertimbangkan sejumlah hal.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menjelaskan, berdasarkan pengamatan, pada sore hari menjelang maghrib, posisi hilal atau Bulan berada di bawah ufuk. Hilal, kata dia, terbenam lebih dahulu dibanding Matahari.
"Tidak ada satu pun bukti berdasar observasi astronomis bahwa hilal bisa dilihat saat itu," jelas Lukman usai menggelar sidang isbat di kantor Kementerian Agama, Selasa (16/6/2015).
Selain itu, lanjut dia, berdasarkan laporan dari 36 para pengamat hilal yang ditugaskan oleh Kemenag di seluruh Indonesia, tak ada satu pun yang melihat hilal.
"Atas dasar itulah, maka seluruh peserta sidang sepakati karena saat ini hilal tidak tampak, maka bulan Sya'ban saat ini dilengkapkan jadi 30 hari," pungkas Lukman.
Karena itu, tahun ini Ramadan dimulai secara serentak di seluruh Indonesia pada 18 Juni 2015. Tak ada perbedaan antara pemerintah maupun sejumlah ormas Islam. (Ndy/Yus)
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menjelaskan, berdasarkan pengamatan, pada sore hari menjelang maghrib, posisi hilal atau Bulan berada di bawah ufuk. Hilal, kata dia, terbenam lebih dahulu dibanding Matahari.
"Tidak ada satu pun bukti berdasar observasi astronomis bahwa hilal bisa dilihat saat itu," jelas Lukman usai menggelar sidang isbat di kantor Kementerian Agama, Selasa (16/6/2015).
Selain itu, lanjut dia, berdasarkan laporan dari 36 para pengamat hilal yang ditugaskan oleh Kemenag di seluruh Indonesia, tak ada satu pun yang melihat hilal.
"Atas dasar itulah, maka seluruh peserta sidang sepakati karena saat ini hilal tidak tampak, maka bulan Sya'ban saat ini dilengkapkan jadi 30 hari," pungkas Lukman.
Karena itu, tahun ini Ramadan dimulai secara serentak di seluruh Indonesia pada 18 Juni 2015. Tak ada perbedaan antara pemerintah maupun sejumlah ormas Islam. (Ndy/Yus)
Senin, 15 Juni 2015
Penampilan ke-2 Ananda Diaz di Aksi Junior Indosiar
Assalamu'alaikum
Diinformasikan kepada seluruh warga Perum Bumi Jaya Indah dan sekitarnya, Alhamdulillah saat ini Ananda Diaz sudah masuk Karantina program acara Aksi Junior Indosiar.
Insya Allah Ananda Diaz akan tampil kembali secara Live pada :
Ketik AJ (spasi) DIAZ
Kirim ke :
98888 (Telkomsel) atau
97288 (Xl & Indosat)
Berikut salah satu aksi Diaz di Kampus Al-Muhajirin tahun 2013 silam
Diinformasikan kepada seluruh warga Perum Bumi Jaya Indah dan sekitarnya, Alhamdulillah saat ini Ananda Diaz sudah masuk Karantina program acara Aksi Junior Indosiar.
Insya Allah Ananda Diaz akan tampil kembali secara Live pada :
- Hari / Tanggal : Kamis / 18 Juni 2015
- Jam : 14.30 wib
Ketik AJ (spasi) DIAZ
Kirim ke :
98888 (Telkomsel) atau
97288 (Xl & Indosat)
Berikut salah satu aksi Diaz di Kampus Al-Muhajirin tahun 2013 silam
Kamis, 11 Juni 2015
Aksi putra BJI di Indosiar
Berikut kami upload video penampilan Ananda Diaz di Indosiar hari Rabu kemarin
Minggu, 31 Mei 2015
Ayo dukung Ananda Diaz Blok J No.3
Assalamu'alaikum
Bapak / Ibu / Om / Tante / Aa / Teteh warga Bumi Jaya Indah dan sekitarnya
Mari kita berikan dukungan kepada:
Ayo dukung ananda Diaz dengan mengirimkan SMS :
Ketik AJ (spasi) DIAZ
Kirim ke :
98888 (Telkomsel) dan
97288 (Xl & Indosat)
SMS dibuka tanggal 9 dan 10 Juni 2015
dan saksikan tayangan perdananya !!!
Rabu 10 Juni 2015 jam 15.00 WIB di Indosiar
Minimal mari kita kirimkan doa untuk kebaikan Ananda Diaz, dunia & Akhirat ... Amin
Bapak / Ibu / Om / Tante / Aa / Teteh warga Bumi Jaya Indah dan sekitarnya
Mari kita berikan dukungan kepada:
- Muhammad Adian Farray Diaz (Diaz)
- Putra Bapak Sudarmadi dan Ibu Yulia
- Perum BJI Blok J No.3
AKSI JUNIOR INDOSIAR
Ayo dukung ananda Diaz dengan mengirimkan SMS :
Ketik AJ (spasi) DIAZ
Kirim ke :
98888 (Telkomsel) dan
97288 (Xl & Indosat)
SMS dibuka tanggal 9 dan 10 Juni 2015
dan saksikan tayangan perdananya !!!
Rabu 10 Juni 2015 jam 15.00 WIB di Indosiar
Minimal mari kita kirimkan doa untuk kebaikan Ananda Diaz, dunia & Akhirat ... Amin